Laman

Tuesday, December 27, 2016

SEBUAH REFLEKSI MATA KULIAH FILSAFAT ILMU


Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Filsafat bukanlah topik yang umum untuk dibicarakan. Tidak banyak orang yang memahami makna sebenarnya dari berfilsafat. Namun yang banyak diketahui oleh masyarakat kita hari ini adalah stigma negatif yang tersemat padanya. Seorang muslim yang mengkaji filsafat mungkin saja akan dianggap berbahaya atau bahkan dianggap sesat oleh beberapa pihak. Betapa tidak, pemikiran filsafat ini telah melahirkan berbagai pemahaman sesat dalam agama seperti kelompok mu’tazilah dan syi’ah. Sebagiannya lagi menyebabkan keragu-raguan dalam agama sehingga membawa kepada atheisme. Beberapa ulama pun mengharamkan pengkajian filsafat karena mengkhawatirkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Tetapi apakah benar filsafat adalah barang berbahaya yang harus dihindari atau ia hanya sebagai alat berpikir seperti pisau yang nilai gunanya sangat bergantung kepada siapa, bagaimana dan tujuan orang yang menggunakannya.
Kita tidak boleh menutup mata bahwa masa kegemilangan ilmu pengetahuan umat Islam di abad ke 7 M terjadi justru saat umat Islam bersentuhan dengan karya-karya filsuf Yunani. Karya-karya ini kemudian menginspirasi dan melahirkan banyak pemikir muslim di zaman tersebut seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Jabbar dll yang jumlahnya jauh melebihi jumlah para filsuf Yunani sebelumnya. Karya-karya yang dihasilkan oleh pemikir Islam pun ketika itu memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan karya yang telah dihasilkan oleh filsuf Yunani. 
Pada masa itu, masyarakat Eropa (Barat) masih terbelakang dan tenggelam dalam zaman kegelapan (dark age) sedangkan Islam berada dalam zaman keemasan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang gemilang. Seorang penulis Amerika menggambarkan keadaan Eropa pada masa itu sebagaimana berikut: "Jika matahari telah terbenam, seluruh kota besar Eropa akan terlihat gelap gulita. Di sisi lain, Cordova terang benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota Cordova telah dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk Cordova sangat concern dengan kebersihan. Eropa tenggelam dalam lumpur, sementara jalan-jalan Cordova telah mulus. Atap istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istana Cordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah”. Semua itu terjadi akibat perkembangan cara berpikir umat Islam saat bersentuhan dengan filsafat, dari sebelumnya hanya mengkaji ilmu-ilmu seputar agama hingga kemudian juga mengkaji ilmu-ilmu alam dan umum. Kita tidak dapat menutup mata bahwa pada kenyataannya filsafat telah menghantarkan banyak perkembangan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Sebagai sebuah alat, bahaya dan manfaat filsafat sangat bergantung kepada siapa, bagaimana dan tujuan dari si pengguna alat. Filsafat dapat dipahami secara sekuler namun filsafat juga dapat dipahami dengan berlandaskan kepada Islam. Filsafat hanyalah alat, bukan tujuan.

Wednesday, October 12, 2016

Makalah Mikrobiologi: Perdebatan Generatio Spontanea

Oleh: Herry Eko Jaya Putra

A. Pendahuluan


Perkembangan ilmu pengetahuan tidak luput dari perbedaan pendapat, terutama pada topik yang tidak dapat diamati langsung oleh manusia. Hal demikian adalah sesuatu yang wajar, dikarenakan keterbatasan informasi yang dimiliki dan sudut pandang berbeda dari para ahli dalam merasionalkan berbagai fenomena tersebut seperti yang terjadi pada topik tentang bagaimana asal mula kehidupan di bumi.
Pertanyaan tentang asal mula kehidupan di bumi ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. Dahulu, orang-orang percaya kehidupan ini diciptakan oleh kekuatan supranatural (Tuhan). Namun penjelasan ini tidak memuaskan akal pikiran manusia karena tidak dapat dijelaskan secara rasional. Untuk itu, manusia mencari penjelasan logis atas permasalahan ini dengan menggunakan akal pikirannya. Sudah banyak teori yang dikemukakan, namun tetap saja belum ada jawaban yang memuaskan.
Diantara sekian banyak teori yang dikemukakan, teori generatio spontanea dan teori biogenesis adalah teori yang paling hangat diperbincangkan. Generatio spontanea beranggapan bahwa makluk hidup pertama muncul di bumi dari benda mati secara spontan. Pendapat ini bertahan cukup lama sejak zaman Yunani kuno hingga kemudian ditolak oleh para pendukung teori biogenesis sekitar abad ke-17 yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Walaupun kedua teori ini belum mampu memberikan penjelasan yang memuaskan bagaimana makhluk hidup pertama muncul, namun setidaknya perdebatan ini memicu telah perkembangan ilmu pengetahuan dibidang mikrobiologi.

Tuesday, September 20, 2016

PEMIMPIN DAN PEMANAH


Oleh: Herry Eko Jaya Putra


Menjadi pemimpin itu terkadang sama dengan menjadi pemanah, sebagaimana menjadi anggota (yang dipimpin) juga bisa diibaratkan sebagai anak panah. Sebuah anak panah akan melesat seperti apa yang diarahkan oleh pemanah. Berhasil tidaknya anak panah mencapai target akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana si pemanah melepaskan anak panahnya.


Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan anak panah melesat mencapai target dengan tepat, maka beberapa hal yang perlu dilakukan oleh si pemanah adalah sebagai berikut.

1.    Sebelum memulai memanah, pemanah harus mampu menetapkan target yang realistis dengan menyesuaikan kondisi busur, tali, anak panah, jarak dan cuaca yang mungkin akan mempengaruhi anak panah saat melesat. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam menyusun perencanaan dengan baik. Menyesuaikan target yang ingin dicapai dengan kondisi SDM, anggaran dan dinamika sosial yang mungkin akan mempengaruhi anggota saat menjalankan tugas.

Monday, August 29, 2016

POHON ILMU


Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Dua pohon hidup ditanah yang sama, mendapatkan udara dan cahaya yang sama namun tumbuh dengan cara yang berbeda. Satu pohon tumbuh memiliki akar yang kuat dan menghujam kedalam tanah. Batangnya besar dan tumbuh tinggi menjulang dengan cabang yang rindang. Pohon itu berdiri dengan kokohnya, tak goyah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Pohon kedua, tumbuh dengan akar serabut, batangnya kurus namun tinggi, nyaris tak bercabang. Batangnya condong kebawah, meliuk-liuk saat ditiup angin kencang, menunggu waktu untuk patah atau tercerabut dari tanah.

Dua orang penuntut ilmu, belajar disekolah yang sama, dengan guru yang sama, waktu yang sama dan buku yang sama. Seorang murid memahami ilmunya dengan sangat baik, berpikir kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membuat ia menguasai ilmunya dengan sempurna dengan hujjah yang kuat. Ia tak mudah dipengaruhi, tak mudah dibuat ragu atas ilmu dan keyakinannya walau betapa kencangnya ghazwhul fikri. Murid yang lain belajar dengan apa adanya dan memahami ilmu apa adanya. Ia menguasai ilmunya apa adanya dengan hujjah yang seadanya pula. Saat ghazwul fikri menghampirinya, ia menjadi ragu atas ilmu yang telah dipelajarinya selama ini, pemikirannya terseret, terbawa arus ghazwul fikri.

Wednesday, August 24, 2016

DON'T GET LOST IN SCIENCE


Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Ribut-ribut soal bumi datar (flat earth) atau berbentuk bola (ball earth) ini akhirnya menggelitik alam pikiran saya, sebagaimana sebelumnya saya juga tertarik dengan diskusi pro-kontra tentang vaksinasi dan evolusi. Ini bermula dari seorang siswa saya yang dengan sangat meyakinkan menyatakan bahwa bumi  ini sebenarnya berbentuk datar dengan segala argumennya. Beberapa pertanyaan dan keraguan yang saya ajukan pun mampu dijelaskannya dengan mantap. Akhirnya saya putuskan untuk mengumpulkan informasi seputar perdebatan ini.


Hal pertama yang saya lakukan adalah mendownload dan menonton video tentang “Ternyata Bumi Datar” dari youtube sebagaimana yang direkomendasikan oleh siswa saya. Walhasil, video tersebut berhasil membuat saya tercengang dengan penjelasan-penjelasannya yang sangat meyakinkan. Namun, saya tidak puas dengan satu sumber, maka sayapun menonton dan membaca sumber lainnya baik yang mendukung maupun bertentangan dengan flat earth.

Pada tulisan ini saya tidak akan menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah, karena saya yakin pembaca mampu menentukan sendiri dengan banyaknya informasi yang tersedia dari internet baik yang pro maupun kontra. Namun, saat siswa saya bertanya saya pilih yang mana? saya pilih yang ilmiah, bukan yang terkesan ilmiah. Bila ditanya bagaimana pendapat saya tentang kata Al-Qur’an tentang bumi? Saya akan menjawab bahwa Al-Qur’an tidak menyatakan secara eksplisit bagaimana bentuk bumi, melainkan hanya secara tersirat sehingga dapat melahirkan penafsiran yang berbeda-beda. Yang penting adalah bentuk bumi datar atau bola tidak akan mengubah jadwal waktu shalat dan penghitungan kalender hijriah. Maghrib akan tetap terjadi saat matahari tenggelam hingga hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, kemudian masuk Isya hingga munculnya fajar shadiq di ufuk timur lalu masuklah waktu shubuh dan seterusnya. Jelasnya, selama perdebatan ini tidak mempengaruhi jadwal ibadah kita itu tidak masalah. Tapi, jika perdebatan ini mengarah pada perubahan cara penghitungan kalender hijriah dan jadwal waktu shalat, maka itu merupakan masalah besar yang harus diselesaikan oleh para ahli. Terutama Ilmuwan Muslim.

Hasil pencarian tersebut kemudian menjadi bahan diskusi dan berujung pada kesimpulan sebagai berikut:

Pertama,  tidak ada teori sains yang bersifat kekal, ia dapat berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan ditemukannya bukti-bukti terbaru. Sains bersifat dinamis.

Kedua, alam semesta ini terlalu luas untuk disederhanakan. Pengetahuan kita hari ini belumlah final, masih banyak rahasia yang belum terungkap.
 
Ketiga, konsep-konsep sains yang tidak dapat diamati langsung seperti bentuk bumi, gravitasi, asal-usul makhluk hidup, evolusi, pembentukan alam semesta dan lain-lain, berpeluang besar terjadi perbedaan pendapat. Semakin abstrak suatu konsep maka semakin besar kemungkinan terjadinya perbedaan pemahaman.

Keempat,  munculnya pro-kontra terhadap konsep yang tidak dapat diamati langsung itu adalah hal biasa karena dapat dipengaruhi oleh subjektifitas dan perbedaan sudut pandang.

Kelima, sikap terbaik saat menghadapi dua konsep yang bertentangan adalah bersikap dan berfikir ilmiah. Diantara sikap ilmiah yang dilakukan adalah tidak mudah percaya dan tidak menutup diri terhadap perkembangan dan informasi baru. Berfikirlah ilmiah dengan cara mengumpulkan informasi selengkap mungkin dari kedua sumber. Bukannya hanya dari salah satu sumber, sehingga membuat pikiran kita terkoptasi.

Keenam, jangan terburu-buru mengklaim sebuah informasi adalah benar atau salah hanya karena informasi tersebut masuk akal dan logis atau tidak masuk akal dan tidak logis. Pahamilah bahwa logika bukanlah bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak semua yang masuk akal adalah benar, sebagaimana juga tidak semua yang tidak masuk akal adalah salah. Karena manusia memiliki akal yang terbatas untuk dapat memahami semua peristiwa yang terjadi. Sebelum memutuskan, pelajarilah informasi tersebut lebih dalam, darimana asalnya, kebenaran isinya, motifnya dan lain-lain.

Ketujuh, bukan konspirasi namanya bila dapat dibantah dengan mudah. Konspirasi harus mampu membuat fakta seolah-olah opini dan membuat opini seolah-olah fakta.

Kedelapan, berfikir kritis dan Cerdas dalam menerima dan mengolah informasi dapat mencegah kita tersesat dalam ilmu pengetahuan.

Wallahua’lam.

Monday, August 22, 2016

Berpikir Radikal, Salahkah?


Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Ada stigma negatif yang tersemat dan terbayang saat mendengar kata-kata radikal. Buktinya, banyak orang yang menghindar dan tidak ingin dikatakan radikal. Beberapa organisasi/gerakan yang dicap radikalpun selalu dipantau setiap aktifitasnya dan terancam dibubarkan. Bahkan, untuk sekedar menyusun tulisan ini dengan judul radikal saja membuat saya ragu pada awalnya, karena khawatir dianggap mengikuti paham radikalisme apalagi terorisme.

Namun, benarkah segala sesuatu yang bersifat radikal itu salah dan negatif?

Monday, April 25, 2016

"Miskonsepsi" tentang Hukum Mendel?

Oleh: Herry Eko Jaya Putra 
Ilmu genetika tidak akan pernah melupakan jasa seorang ahli botani berkebangsaan Austria yang bernama Gregor Johann Mendel (1822-1884). Ia menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum) dengan hati-hati berulang kali selama 12 tahun, kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati. Dari pengamatannya, Mendel mengembangkan teori pewarisan sifatnya beberapa dasawarsa sebelum kromosom dapat terlihat dengan mikroskop dan nilai penting kromosom dipahami. Saat itu teori Mendel belum diakui. Setelah ditemukannya berbagai teknologi pada abad ke-20 terutama mikroskop elektron, barulah teori Mendel diakui menjadi sebuah hukum dimana saat itu ia sudah meninggal. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan dalam karyanya “Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman” dan kemudian menjadi dasar bagi perkembangan ilmu genetika.

Hukum ini terdiri dari dua bagian, yaitu hukum 1 Mendel yang dikenal dengan hukum pemisahan (segregation) dan hukum 2 Mendel yang dikenal sebagai hukum berpasangan secara bebas (independent assortment). Pada kebanyakan buku pelajaran disekolah, hukum 1 mendel dijelaskan dengan persilangan monohibrid dan hukum 2 mendel dijelaskan melalui persilangan dihibdrid. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut, karena memang hukum 1 Mendel dapat dibuktikan dengan memperhatikan satu sifat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Begitu juga dengan hukum 2 Mendel dapat dibuktikan dengan memperhatikan kombinasi-kombinasi yang terbentuk dari dua sifat atau beberapa sifat yang diamati dari hasil persilangan. Masalahnya adalah efek yang timbul dari penjelasan tersebut. Beberapa efek pemahaman yang muncul dikalangan guru maupun siswa tentang hukum mendel tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Hukum 1 Mendel hanya berlaku untuk persilangan monohibrid
2.      Hukum 2 Mendel hanya berlaku untuk persilangan dihibrid atau polihibrid
3.      Hukum 1 dan hukum 2 Mendel seolah-olah adalah 2  hukum yang terpisah
4.      Bila ditanya tentang hukum 1 atau hukum 2 Mendel, yang paling diingat adalah persilangan monohibrid atau dihibridnya
5.      Jika ditanya bunyi hukum 1 atau 2 mendel, agak kesulitan menjawab disebabkan karena hukum tidak dijelaskan dengan baik oleh guru atau buku pelajaran di sekolah. Yang banyak adalah penjelasan tentang persilangan monohibrid dan dihibrid.

Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hukum Mendel ini, mari kita lihat satu persatu.

Friday, February 19, 2016

BELAJAR KEJUJURAN DAN AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR DARI MATEMATIKA



Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Matematika selalu mengajarkan kejujuran kepada kita dalam tiap operasinya. Saat sebuah operasi matematika menggunakan tanda “=” itu berarti jumlah bilangan di ruas kiri pastilah sama dengan jumlah bilangan disebelah kanan, tidak boleh berbeda. Begitu juga dengan tanda >, < atau ≠ semuanya akan menjelaskan bilangan sesuai dengan tanda bilangan yang kita gunakan. Matematika mengajarkan kepada kita untuk bersikap objektif dan apa adanya, itulah sebabnya saya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang kejujuran.

Saat kita meletakkan bilangan yang tidak sesuai dengan tanda, maka saat kita telah melakukan kesalahan dalam operasi bilangan. Kesalahan pada satu tahap operasi bilangan, akan menyebabkan kesalahan beruntun pada operasi-operasi berikutnya. Oleh sebab itu, kejujuran harus dilakukan pada setiap tahap dan proses operasi bilangan hingga selesai. Matematika mengajarkan kita untuk jujur pada setiap kondisi, dari awal hingga akhir.

Kejujuran ini juga digambarkan oleh matematika dalam hal merespon perilaku negatif, sebagaimana prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Perhatikan gambar berikut:


RUMUS 1
Matematika mengajarkan kita untuk jujur dalam merespon sebuah perilaku. Seperti

Sunday, January 17, 2016

RUMUS TEKANAN

Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Sekali-sekali nulis tentang fisika ah.
Kebanyakan guru fisika, saat memulai belajar fisika seringkali mengawali pembelajaran dengan rumus-rumus, benar-benar gawat. Pantas saja kebanyakan siswa langsung kleper-kleper pas blajar fisika. Padahal belajar fisika itu asyik banget, kecuali pas ketemu rumus-rumus berbahaya itu, he…he…

Dengan fisika, banyak sekali gejala alam yang bisa kita amati, pelajari dan mengambil hikmah dari fenomena alam tersebut. Namun sayang, kebanyakan guru fisika lebih fokus kepada rumus-rumus ketimbang membawa siswa mengamati berbagai gejala alam dan mengambil hikmah dari gejala tersebut. Tulisan ini ingin memberikan sedikit contoh dari sekelumit hikmah yang dapat diambil dari konsep fisika, walau mungkin kesannya dikait-kaitkan. Tapi itu tidak masalah, yang penting ada nilai-nilai positif yang bisa kita berikan dalam proses pembelajaran.

Saat mempelajari konsep tekanan, mulailah dengan mencoba meminta siswa menekan telapak tangannya dengan bagian belakang pena yang tumpul, kemudian setelah itu minta lagi siswa untuk menekan (menusuk) telapak tangan dengan bagian mata pena yang runcing. Tanyakan mana yang lebih sakit? Tentunya jawaban siswa adalah saat ditekan dengan bagian yang lebih runcing. Lantas mengapa bagian yang lebih runcing (luas permukaannya kecil) menimbulkan lebih banyak rasa sakit? Jawabannya karena bagian yang runcing memberikan tekanan lebih besar dibandingkan bagian yang lebih tumpul. Itu berarti semakin kecil luas permukaan benda, maka semakin besar tekanan yang diberikannya.

Hikmah, tekanan akan memberikan rasa sakit kepada seseorang. Orang yang sakit, adalah orang yang mengalami banyak tekanan. Semakin banyak tekanan yang diterima oleh seseorang, semakin besar rasa sakit yang dirasakannya. Oleh sebab itu, perilaku menekan orang lain dalam bentuk apa saja adalah perbuatan yang tidak baik dilakukan karena dapat menyakiti orang lain.

Saturday, January 9, 2016

SERI VIDEO MODEL PEMBELAJARAN (2)

Dikumpulkan oleh: Herry Eko Jaya Putra

4. Course Review Horray
Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay  yaitu model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap kelompok yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak "HOREY" atau yel-yel lainnya yang disukai.

 
 
5. Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (lembar kerja siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan (soal) sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok.

SERI VIDEO MODEL PEMBELAJARAN (1)

Dikumpulkan oleh: Herry Eko Jaya Putra

Menjadi guru tidaklah semudah menjadi murid. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Tanpa kemampuan tersebut, seseorang tidak akan disebut sebagai guru walau sebanyak apapun ilmu yang dimilikinya. Sehingga, kemampuan mengajarkan ilmu menjadi hal penting yang harus dikuasai oleh seorang guru.

Dengan demikian, setiap guru harus mampu menyajikan pelajaran semenarik mungkin pada setiap pertemuannya, agar muncul minat siswa untuk belajar. Untuk itu dibutuhkan kreasi dan inovasi dari seorang guru demi memunculkan suasana pembelajaran yang bervariasi dan menarik pada setiap pertemuan. Pintar saja tidak cukup, butuh lebih banyak kreatifitas untuk menjadi guru yang berhasil. Namun demikian para guru tidak perlu bingung dalam mencari ide dalam merancang pembelajaran yang akan dilaksanakannya, karena saat ini telah terdapat begitu banyak model pembelajaran yang dikembangkan dan diteliti oleh para ahli sehingga kita bisa saja langsung mengadopsi, memodifikasi dan memvariasikan berbagai model yang telah ada tersebut untuk kemudian kita aplikasikan dikelas kita.

Berawal dari hal diataslah, seri video model pembelajaran ini dibuat dan dikumpulkan dengan niat untuk membantu para guru dalam mengaplikasikan dan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang telah ada. Walau demikian, kami menyadari bahwa seri video yang ditampilkan disini masih terdapat kekurangan disana-sini oleh sebab itu jika ada saran yang membangun dari para pembaca/penonton, silahkan tuliskan dikolom komentar dibawah. Kemudian, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Lufri, M.S dan Ibuk Dr. Zulyusri, M.P yang telah memberi bimbingan dan banyak inspirasi selama perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi kita semua. Amin.

1. Direct Instruction
Dikenal juga sebagai model pembelajaran langsung, merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.
 

 

2. Probing-Prompting
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun. Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.