Oleh: Herry Eko Jaya Putra
Metode ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Sebagian orang
beranggapan metode ceramah adalah metode yang kurang baik untuk diterapkan
dalam pembelajaran. Bahkan sebagian orang (supervisor, pelatih, dosen) ada yang
“alergi” ketika melihat RPP seorang guru yang akan disupervisinya menggunakan
metode ceramah, saat mendengar kata-kata ceramah itu kesan yang muncul adalah
suasana monoton, tidak menarik dan membosankan, padahal dalam banyak kesempatan
justru mereka sendiri seringkali menggunakan metode ceramah ini.
Mungkin kita pernah melihat/mendengar sebuah ceramah dari
seseorang yang benar-benar menggugah dengan tanpa memunculkan kesan membosankan
sedikitpun. Dilain waktu kita juga mendengar ceramah dari orang yang lain yang ternyata
sukses membuat kita bosan. Walaupun dua contoh diatas sama-sama menggunakan
metode ceramah namun ia memberikan efek yang berbeda kepada audiens, karena
setiap penceramah memiliki daya tarik yang berbeda-beda.
Sebenarnya tidak ada yang salah dari metode ceramah.
Bahkan ia sangat dibutuhkan untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit atau
ambigu untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman terhadap konsep tersebut. Ia
juga dibutuhkan saat bahan dan sumber belajar sangat terbatas, saat siswa
kesulitan menggali informasi sebanyak mungkin dalam keterbatasan tersebut. Saat
jumlah audiens cukup banyak dan waktu yang tersedia sangat terbatas metode ini
menjadi paling mungkin untuk diterapkan.
Lantas, mengapa ia terkesan menjadi tidak efektif untuk
pembelajaran ? jawabannya ada pada diri penceramah itu sendiri. Efektif
tidaknya suatu ceramah sangat dipengaruhi oleh “aura” yang dimunculkan dari
diri seorang penceramah dan pada teknik penyampaian yang digunakannya. Pada kesempatan
kali ini kita akan membahas beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru
untuk menghidupkan suasana saat guru
menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dikelas:
1.
Munculkan minat di awal
Setiap orang pasti tertarik
dan perhatian terhadap sesuatu yang diminatinya. Oleh sebab itu penting bagi setiap
guru untuk memunculkan minat siswa di awal pelajarannya tentang apa yang akan
disampaikannya. Memunculkan minat dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan
fakta-fakta menarik atau cerita yang terkait dengan apa yang akan dipelajari. Juga
perlu disampaikan manfaat dari materi yang akan kita pelajari, sehingga
memunculkan makna tersendiri didalam benak siswa. Kesan diawal pertemuan ini
akan sangat mempengaruhi mood siswa
pada menit-menit berikutnya.
2.
Bangun kedekatan
Suasana keakraban akan membuat
proses belajar menjadi terasa ringan bukan menjadi beban. Keakraban akan
menghilangkan rasa enggan siswa untuk terlibat aktif dan bertanya saat siswa
tidak memahami suatu konsep. Keakraban membuat belajar serasa dialog dan
bincang-bincang tanpa beban. Sesekali selingi dengan humor ringan yang positif
untuk mencairkan suasana.
3.
Sampaikan dengan bahasa yang ringan
Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan bahasa dan kadar akalnya. Bahasa
yang ringan dan mudah dimengerti akan menjaga mood siswa untuk tetap perhatian dalam belajar. Sebaliknya bahasa
yang sulit dimengerti akan membuat siswa bingung yang kemudian akhirnya
memunculkan kejenuhan.
4.
Sistematis
Penjelasan yang tidak teratur
dan berbelit-belit akan membingungkan siswa. Oleh sebab itu hendaknya seorang
guru menyusun kerangka materi yang akan disampaikan dengan alur dan tahap-tahap
yang jelas. Satu hal penting lainnya adalah untuk komitmen dengan kerangka
tersebut agar tidak terjebak dengan pembahasan yang melebar sehingga keluar
dari topik yang dibahas.
5.
Susun point-point
Menurut Melvin L. Silberman
dalam bukunya Active Learning,
dikatakan bahwa sebagian besar orang lupa tentang apa yang mereka dengar.
Umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit. Akan
tetapi, tidak semua dari kata-kata tersebut dapat diterima oleh siswa.
Banyaknya kata-kata yang ditangkap oleh siswa tergantung pada cara
masing-masing siswa mendengarnya. Jika siswa benar-benar mendengarkan dengan
penuh perhatian mereka akan dapat mendengar antara 50 hingga 100 kata per
menit, artinya separuh dari seluruh kata yang mereka dengar. Hal tersebut
disebabkan karena siswa tidak hanya saja mendengarkan, melainkan siswa juga
berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Jika siswa yang mendengar dengan
penuh perhatian saja hanya dapat menangkap informasi separuh dari seluruh kata
yang mereka dengar, tentulah siswa yang tidak mendengarkan dengan penuh
perhatian, menangkap informasi lebih sedikit lagi dari itu.
Ceramah yang disampaikan
terus-menerus tidak akan diserap semua oleh audiens. Oleh sebab itu penting
bagi guru untuk mengikat informasi-informasi yang disampaikan kedalam bentuk
point-point yang mudah diingat. Seperti ceramah AA Gym yang menyusun point 3M saat
menjelaskan cara mengubah suatu kondisi: Mulailah dari yang kecil-kecil, Mulailah dari diri sendiri dan Mulailah
dari sekarang. Gunakan juga akronim untuk membantu mengingat, contoh: untuk
membantu mengingat konsentrasi CO2 dan O2 yang masuk dan
keluar jantung keseluruh tubuh dapat dibantu dengan akronim “KANTOR RISIH”
(KANan koTOR, kiRI berSIH) berarti kanan kaya CO2 kiri kaya O2.
6.
Gunakan media
Rata-rata audiens hanya mampu
berkonsentrasi + 15 menit pertama saat mendengarkan ceramah. Oleh sebab
itu gunakanlah media yang menarik, selain berguna untuk mengubah materi ceramah
yang sering bersifat abstrak menjadi bentuk yang lebih kongkrit, juga dapat berfungsi
untuk mengambil perhatian audiens agar tetap tertarik dan fokus pada
pembahasan. Bayangkan saja apa yang akan terjadi jika seorang guru TK
menjelaskan dengan ceramah (kata-kata) tentang hewan bernama unta kepada
murid-muridnya yang belum mengenal dan belum pernah melihat unta, tentu saja
setiap siswa akan memunculkan gambaran yang berbeda-beda dipikirannya. Akan berbeda
halnya jika guru tersebut menampilkan gambar dan video unta apalagi jika ia mengajak
siswanya melihat unta ke kebun binatang, pastilah tidak akan ada siswa yang
salah memahami dan mengenali hewan unta tersebut.
7.
Beri contoh dan analogikan dengan pengalaman
Bawalah informasi yang kita
sampaikan dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa bisa merasakan
kebermanfaatan dari informasi yang kita sampaikan. Berikan contoh dari
pengalaman, kemudian analogikan dengan kehidupan sehari-hari.
8.
Ajukan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan ringan
selama berceramah menjadi tantangan bagi audiens untuk terlibat dan juga memicu
rasa ingin tau bagi audiens. Dengan demikian proses komunikasi dapat
berlangsung dalam dua arah. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan penutup diakhir
sesi untuk menyimpulkan informasi yang sudah kita sampaikan sekaligus juga
untuk mencek tingkat perhatian dan daya serap audiens terhadap informasi yang
telah kita sampaikan.
Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment