Laman

Tuesday, October 13, 2015

TIPS MENGEFEKTIFKAN METODE CERAMAH




Metode ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Sebagian orang beranggapan metode ceramah adalah metode yang kurang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran. Bahkan sebagian orang (supervisor, pelatih, dosen) ada yang “alergi” ketika melihat RPP seorang guru yang akan disupervisinya menggunakan metode ceramah, saat mendengar kata-kata ceramah itu kesan yang muncul adalah suasana monoton, tidak menarik dan membosankan, padahal dalam banyak kesempatan justru mereka sendiri seringkali menggunakan metode ceramah ini.

Mungkin kita pernah melihat/mendengar sebuah ceramah dari seseorang yang benar-benar menggugah dengan tanpa memunculkan kesan membosankan sedikitpun. Dilain waktu kita juga mendengar ceramah dari orang yang lain yang ternyata sukses membuat kita bosan. Walaupun dua contoh diatas sama-sama menggunakan metode ceramah namun ia memberikan efek yang berbeda kepada audiens, karena setiap penceramah memiliki daya tarik yang berbeda-beda.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari metode ceramah. Bahkan ia sangat dibutuhkan untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit atau ambigu untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman terhadap konsep tersebut. Ia juga dibutuhkan saat bahan dan sumber belajar sangat terbatas, saat siswa kesulitan menggali informasi sebanyak mungkin dalam keterbatasan tersebut. Saat jumlah audiens cukup banyak dan waktu yang tersedia sangat terbatas metode ini menjadi paling mungkin untuk diterapkan.

Lantas, mengapa ia terkesan menjadi tidak efektif untuk pembelajaran ? jawabannya ada pada diri penceramah itu sendiri. Efektif tidaknya suatu ceramah sangat dipengaruhi oleh “aura” yang dimunculkan dari diri seorang penceramah dan pada teknik penyampaian yang digunakannya. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru untuk menghidupkan suasana saat guru  menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dikelas:
1.       Munculkan minat di awal
Setiap orang pasti tertarik dan perhatian terhadap sesuatu yang diminatinya. Oleh sebab itu penting bagi setiap guru untuk memunculkan minat siswa di awal pelajarannya tentang apa yang akan disampaikannya. Memunculkan minat dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan fakta-fakta menarik atau cerita yang terkait dengan apa yang akan dipelajari. Juga perlu disampaikan manfaat dari materi yang akan kita pelajari, sehingga memunculkan makna tersendiri didalam benak siswa. Kesan diawal pertemuan ini akan sangat mempengaruhi mood siswa pada menit-menit berikutnya.


2.       Bangun kedekatan
Suasana keakraban akan membuat proses belajar menjadi terasa ringan bukan menjadi beban. Keakraban akan menghilangkan rasa enggan siswa untuk terlibat aktif dan bertanya saat siswa tidak memahami suatu konsep. Keakraban membuat belajar serasa dialog dan bincang-bincang tanpa beban. Sesekali selingi dengan humor ringan yang positif untuk mencairkan suasana.


3.       Sampaikan dengan bahasa yang ringan
Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan bahasa dan kadar akalnya. Bahasa yang ringan dan mudah dimengerti akan menjaga mood siswa untuk tetap perhatian dalam belajar. Sebaliknya bahasa yang sulit dimengerti akan membuat siswa bingung yang kemudian akhirnya memunculkan kejenuhan.

4.       Sistematis
Penjelasan yang tidak teratur dan berbelit-belit akan membingungkan siswa. Oleh sebab itu hendaknya seorang guru menyusun kerangka materi yang akan disampaikan dengan alur dan tahap-tahap yang jelas. Satu hal penting lainnya adalah untuk komitmen dengan kerangka tersebut agar tidak terjebak dengan pembahasan yang melebar sehingga keluar dari topik yang dibahas.

5.       Susun point-point
Menurut Melvin L. Silberman dalam bukunya Active Learning, dikatakan bahwa sebagian besar orang lupa tentang apa yang mereka dengar. Umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit. Akan tetapi, tidak semua dari kata-kata tersebut dapat diterima oleh siswa. Banyaknya kata-kata yang ditangkap oleh siswa tergantung pada cara masing-masing siswa mendengarnya. Jika siswa benar-benar mendengarkan dengan penuh perhatian mereka akan dapat mendengar antara 50 hingga 100 kata per menit, artinya separuh dari seluruh kata yang mereka dengar. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak hanya saja mendengarkan, melainkan siswa juga berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Jika siswa yang mendengar dengan penuh perhatian saja hanya dapat menangkap informasi separuh dari seluruh kata yang mereka dengar, tentulah siswa yang tidak mendengarkan dengan penuh perhatian, menangkap informasi lebih sedikit lagi dari itu.

Ceramah yang disampaikan terus-menerus tidak akan diserap semua oleh audiens. Oleh sebab itu penting bagi guru untuk mengikat informasi-informasi yang disampaikan kedalam bentuk point-point yang mudah diingat. Seperti ceramah AA Gym yang menyusun point 3M saat menjelaskan cara mengubah suatu kondisi: Mulailah  dari yang kecil-kecil, Mulailah dari diri sendiri dan Mulailah dari sekarang. Gunakan juga akronim untuk membantu mengingat, contoh: untuk membantu mengingat konsentrasi CO2 dan O2 yang masuk dan keluar jantung keseluruh tubuh dapat dibantu dengan akronim “KANTOR RISIH” (KANan koTOR, kiRI berSIH) berarti kanan kaya CO2 kiri kaya O2.

6.       Gunakan media
Rata-rata audiens hanya mampu berkonsentrasi + 15 menit pertama saat mendengarkan ceramah. Oleh sebab itu gunakanlah media yang menarik, selain berguna untuk mengubah materi ceramah yang sering bersifat abstrak menjadi bentuk yang lebih kongkrit, juga dapat berfungsi untuk mengambil perhatian audiens agar tetap tertarik dan fokus pada pembahasan. Bayangkan saja apa yang akan terjadi jika seorang guru TK menjelaskan dengan ceramah (kata-kata) tentang hewan bernama unta kepada murid-muridnya yang belum mengenal dan belum pernah melihat unta, tentu saja setiap siswa akan memunculkan gambaran yang berbeda-beda dipikirannya. Akan berbeda halnya jika guru tersebut menampilkan gambar dan video unta apalagi jika ia mengajak siswanya melihat unta ke kebun binatang, pastilah tidak akan ada siswa yang salah memahami dan mengenali hewan unta tersebut.

7.       Beri contoh dan analogikan dengan pengalaman
Bawalah informasi yang kita sampaikan dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa bisa merasakan kebermanfaatan dari informasi yang kita sampaikan. Berikan contoh dari pengalaman, kemudian analogikan dengan kehidupan sehari-hari.

8.       Ajukan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan ringan selama berceramah menjadi tantangan bagi audiens untuk terlibat dan juga memicu rasa ingin tau bagi audiens. Dengan demikian proses komunikasi dapat berlangsung dalam dua arah. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan penutup diakhir sesi untuk menyimpulkan informasi yang sudah kita sampaikan sekaligus juga untuk mencek tingkat perhatian dan daya serap audiens terhadap informasi yang telah kita sampaikan.

Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment