Laman

Wednesday, October 12, 2016

Makalah Mikrobiologi: Perdebatan Generatio Spontanea

Oleh: Herry Eko Jaya Putra

A. Pendahuluan


Perkembangan ilmu pengetahuan tidak luput dari perbedaan pendapat, terutama pada topik yang tidak dapat diamati langsung oleh manusia. Hal demikian adalah sesuatu yang wajar, dikarenakan keterbatasan informasi yang dimiliki dan sudut pandang berbeda dari para ahli dalam merasionalkan berbagai fenomena tersebut seperti yang terjadi pada topik tentang bagaimana asal mula kehidupan di bumi.
Pertanyaan tentang asal mula kehidupan di bumi ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. Dahulu, orang-orang percaya kehidupan ini diciptakan oleh kekuatan supranatural (Tuhan). Namun penjelasan ini tidak memuaskan akal pikiran manusia karena tidak dapat dijelaskan secara rasional. Untuk itu, manusia mencari penjelasan logis atas permasalahan ini dengan menggunakan akal pikirannya. Sudah banyak teori yang dikemukakan, namun tetap saja belum ada jawaban yang memuaskan.
Diantara sekian banyak teori yang dikemukakan, teori generatio spontanea dan teori biogenesis adalah teori yang paling hangat diperbincangkan. Generatio spontanea beranggapan bahwa makluk hidup pertama muncul di bumi dari benda mati secara spontan. Pendapat ini bertahan cukup lama sejak zaman Yunani kuno hingga kemudian ditolak oleh para pendukung teori biogenesis sekitar abad ke-17 yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Walaupun kedua teori ini belum mampu memberikan penjelasan yang memuaskan bagaimana makhluk hidup pertama muncul, namun setidaknya perdebatan ini memicu telah perkembangan ilmu pengetahuan dibidang mikrobiologi.

B.    Generatio Spontanea
Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan dan berasal dari materi tak hidup. Teori ini beranggapan bahwa kehidupan berawal dari benda mati yang mendapatkan gaya hidup (vital force). Misalnya, tikus berasal dari tumpukan sampah dan belatung berasal dari daging yang membusuk. Teori generatio spontanea ini juga dikenal sebagai teori abiogenesis.

C.     Tokoh-tokoh Pendukung Generatio Spontanea
1.      Aristoteles (384-322 SM)
Generatio Spontanea alias abiogenesis klasik pertama kali dirumuskan secara tuntas oleh Aristoteles. Dalam bukunya, Historia Animalium, Aristoteles menyatakan:

"Nah terdapat satu sifat hewan yang ternyata sama dengan tumbuhan. Karena beberapa tumbuhan dihasilkan oleh benih tumbuhan, sementara tumbuhan yang lain muncul sendiri dari pembentukan suatu prinsip elemental yang menyerupai benih; dan tumbuhan yang jenis kedua ini pun ada yang menyerap gizi dari tanah dan ada yang tumbuh di dalam tumbuhan lainnya sebagaimana dideskripsikan dalam traktat saya mengenai Botani. Maka hewan juga ada yang dilahirkan oleh hewan induk yang sejenis, sementara yang lainnya tumbuh secara spontan dan bukan dari makhluk yang sejenis."

Aristoteles memberikan contoh di buku tersebut:
"Belut tidak dihasilkan melalui persetubuhan, tidak pula ovipar. Tidak pernah ada belut yang ditangkap yang memiliki milt ataupun telur; tidak pernah pula ditemukan belut yang memiliki saluran ataupun saluran telur. Bahkan, semua jenis makhluk hidup berdarah ini tidak dihasilkan melalui senggama ataupun bertelur. Hal ini secara absolut diperjelas oleh hal berikut ini: di genangan rawa tertentu, setelah semua airnya dibuang dan lumpurnya dikuras, belut-belutnya muncul kembali setelah turunnya hujan."
Sebagian menganggap bahwa generatio spontanea bukanlah suatu teori, melainkan suatu konsep yang terkandung di dalam ajaran Aristoteles. Menurut ajarannya, makhluk hidup - beberapa spesies tertentu - dapat muncul secara spontan (generatio spontanea) dari benda mati disebabkan karena adanya gaya hidup (vital force).
Selain Aristoteles Thales dan Anaximander juga mendukung teori ini. Thales menganggap kehidupan berasal dari air dan Anaximander menganggap kehidupan berasal dari udara.

2.      John Nedham (1713-1781)
Pendukung lainnya adalah John Needham, seorang pria berkebangsaan Inggris yang selama 1745-1750 mengadakan eksperimen dengan berbagai rebusan padi-padian, daging dan lain sebagainya. Pada tahun 1749 ia melakukan penelitian dengan merebus sepotong daging dalam wadah selama beberapa menit (tidak sampai steril). Air rebusan daging tersebut disimpan dan ditutup dengan tutup botol. Setelah beberapa hari, air rebusan daging menjadi keruh disebabkan oleh adanya mikroba. Needham berkesimpulan bahwa mikroba berasal dari air kaldu.
Gambar 1. Percobaan John Needham

3.      Antony van Leuwenhoek (1632-1723)
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water“.
Antony van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia juga bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi. Pada tahun 1675 Antonie, membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air jambangan bunga. Dari air hujan yang menggenang di kubangan dan dari air jambangan bunga, ia memperoleh beraneka hewan bersel satu dengan menggunakan mikroskop buatannya yang diperbesar hingga 300 kali. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak itu dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil.
Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Setelah Leeuwenhoek menyingkapkan rahasia alam tentang animalcules (mikroba), timbul rasa ingin tahu para ilmuan tentang asal usul mikroba tersebut. Ketika itu muncul dua pendapat terhadap asal animalcules yang dilaporkan oleh Anthonie, satu pendapat mengatakan bahwa animalcules ada karena proses pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung terori yang mengatakan bahwa Makhluk hidup berasal dari benda mati melalui proses abiogenesis, konsep ini juga dikenal dengan genaratio spontanea. Pendapat lain mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya seperti halnya organisme tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut dengan biogenesis.
Perdebatan dua pendapat ini akhirnya menyebabkan perkembangan ilmu mikrobiologi. Permasalahan tersebut kemudian terselesaikan dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis. Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya sederhana dan perlu waktu lebih dari 100 tahun. Pada pembahasan berikutnya akan kita bahas beberapa eksperimen yang dilakukan untuk membantah teori generatio spontanea.

D.    Biogenesis
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh-tokoh ilmuwan pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, Louis Pasteur dan John Tyndall. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.

E.    Tokoh-tokoh Pendukung Biogenesis
1.      Francesco Redi (1626-1697)
Francesco Redi adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Italia, ia merupakan orang pertama yang membantah teori generatio spontanea. Ia melakukan eksperimen untuk mendapat fakta yang benar. Ia menggunakan daging segar yang diletakkan di dalam tiga tabung. Perlakuan  tabung I ditutup rapat, tabung II ditutup kain kasa dan tabung III tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Setelah beberapa hari Francisco Redi mendapatkan hasil eksperimen. Ternyata pada tabung I tidak ditemukan mikroba, tabung II terdapat sedikit mikroba, dan tabung III terdapat banyak mikroba. Dari hasil eksperimen ini. Francesco Redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di tabung II dan III bukanlah terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada tabung III, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, sedangkan pada dagingnya yang membusuk ditemukan jumlah belatung yang relatif sedikit.
Gambar 2. Percobaan Fransesco Redi

Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis. Menurut mereka, pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan.

2.      Lazzaro Spallanzani (1729-1799)
Spallanzani adalah seorang tokoh ilmuwan dari Italia. Lazarro Spalanzani dalam tahun 1768 membantah pendapat Aristoteles dan Needham. Spallanzani mengadakan pembuktian dengan air kaldu. Hasil percobaannya sama dengan Francisco Redi yaitu makhluk hidup berasal dari sesuatu yang hidup. Spallanzani menjelaskan bahwa  kegagalan percobaan Nedham adalah karena Nedham tidak merebus tabung cukup lama sampai semua organisme terbunuh dan Nedham juga tidak menutup leher tabung dengan rapat sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh.
Pada tahun 1769, Lazarro Spalanzani merebus kaldu daging selama 1 jam dan menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat, percobaan tersebut menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:

 Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan dan dibiarkan tetap terbuka.

Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.

Selanjutnya, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin, keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.

Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini mengandung banyak mikroba.

Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan disebabkan karena kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air kaldu tersebut.
Gambar 3. Percobaan Spallanzani

Ekperimen ini menentang teori abiogenesis. Namun, pendukung paham abiogenesis keberatan dengan disain Spallanzani karena menurut anggapan mereka, labu yang tertutup rapat menyebabkan gaya hidup (vital force) dari udara tidak dapat masuk, sehingga tidak memungkinkan munculnya makhluk hidup (mikroba).
Gambar 4. Perbandingan Percobaan Needham dan Spallanzani

3.      Franz Schulze (1836) dan Theodor Schwan (1837)
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham, ada 2 peneliti yang mencoba memecahkan kontroversi tentang peran udara. Franz Schulze di dalam tahun 1836 memperbaiki eksperimen Spalanzani dengan mengalirkan udara lewat suatu asam atau basa yang keras ke dalam botol yang berisi daging yang telah dimasak terlebih dahulu. Theodor Schwann di dalam tahun 1837 membuat percobaan serupa itu juga dengan mengalirkan udara lewat pipa yang dipanasi menuju kedalam botol berisi kaldu yang telah dipanasi berjam jam lamanya. Hasilnya, keduanya tidak menemukan adanya mikroba disebabkan karena mikroba telah mati oleh adanya asam kuat maupun oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat bahwa adanya asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan mikroba.

Gambar 5. Percobaan Schulze dan Schwan

4.      H. Schroeder dan Th. Von Dusch (1854)
Schroeder dan Von Dusch menemukan suatu cara untuk menyaring udara yang menuju kedalam botol berisi kaldu. Udara itu dilewatkan pada suatu pipa berisi kapas yang steril. Dengan cara yang demikian ini ia tetap tidak mendapatkan mikroorganisme baru di dalam kaldu.
Gambar 6. Percobaan H. Schroeder dan Th. Von Dusch

5.      Lois Pasteur (1822-1895)
Louis Pasteur adalah seorang ahli kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisme. Oleh karena itu ia tertarik untuk meneliti peran mikroba dalam industri anggur pada pembuatan alkohol. Salah satu pendukung teori generatio spontanea yang hidup pada masa Louis Pasteur adalah Felix Archimede Pouchet (1800–1872). Pada tahun 1859 ia banyak mempublikasikan tulisan yang mendukung abiogenesis. Tetapi ia tidak dapat membantah penemuan-penemuan Pasteur.
Untuk memastikan pendapatnya, Pasteur menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia menggunakan kaldu dalam labu yang  disumbat dengan gabus. Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan pipa berbentuk leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Pipa leher angsa menyebabkan mikroba beserta debu atau asap akan mengendap pada bagian tabung yang berbentuk U sehingga tidak dapat mencapai kaldu. Disain pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup (vital force) dari udara, tetapi ternyata jugs tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu.
Menurut Pasteur, mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka tidak bisa masuk karena terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan bila labu dimiringkan sedemikian rupa sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan menyentuh ujung pipa, ternyata beberapa hari kemudian menyebabkan busuknya kaldu sebagai tanda mikroba telah berkembang.

Gambar 7. Percobaan Lois Pasteur

Pasteur juga membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganisme terbawa debu oleh udaram kemudian ia menyimpulkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana, semakin sedikit kontaminasi yang terjadi. Melalui percobaan ini, Louis Pasteur membuktikan bahwa terdapat mikroorganisme di udara, air, dan tanah, yang dapat menyebabkan kontaminasi pada air kaldu. Berdasarkan hasil percobaan ini, berkembanglah teori biogenesis yang menyatakan bahwa:
omne vivum ex ovo (makhluk hidup berasal dari telur)
omne ovum ex vivo (telur berasal dari makhluk hidup)
omne vivum ex vivo (makhluk hidup berasa dari makhluk hidup sebelumnya)

6.      John Tyndal (1820-1893)
Walaupun Pasteur telah menjawab pertanyaan tentang vital force dari percobaan sebelumnya, namun pendukung generatio spontanea menyatakan bahwa panas yang digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap dapat merusak vital force. Mereka yang mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa adanya vital force tersebut mikroorganisme tidak dapat muncul serta spontan.
Merespon argumen tersebut John Tyndall seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris mengatakan bahwa udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisme dengan cara melakukan percobaan dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke dalam kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang sudah dibengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk ke dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tetap tidak ditemukan adanya mikroba. Tyndall menunjukkan bahwa udara yang bebas debu tidak akan mencemari kaldu steril.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kotak Tyndal (gambar 8). Seluruh interior kotak Tyndall dilapisi dengan gliserin sebagai perangkap mikroorganisme. Kotak itu praktis tertutup dari atmosfer kecuali untuk dua bukaan di kedua sisi kotak yang terhubung ke saluran berbelit-belit yang memungkinkan udara masuk tapi debu yang terperangkap. Setelah berdiri beberapa hari, partikel debu yang mengambang di udara di dalam kotak menetap di bagian bawah, dan udara menjadi bebas debu, hal ini dapat diamati dengan seberkas cahaya yang bersinar melalui jendela. Kemudian pipet dimasukkan melalui sumbat karet di atas kotak, dan kaldu daging masukkan melalui pipet ke dalam tabung. Tabung kemudian direndam dalam air garam mendidih selama 5 menit (cara sterilisasi dengan pemanasan terputus ini kemudian dikembangkan, yang sekarang disebut sebagai Tyndalisasi). Tyndall menemukan bahwa setelah kaldu dalam tabung didinginkan sampai suhu kamar, tabung itu bebas dari pertumbuhan mikroba. Dengan demikian, eksperimennya telah mengeliminasi teori generatio spontanea.
Gambar 8. Percobaan Tyndall

F.     Dampak Perdebatan terhadap Perkembangan Ilmu Mikrobiologi
Walaupun teori generatio spontanea telah terbantahkan melalui percobaan-percobaan biogenesis terutama oleh percobaan Pasteur dan Tyndal, namun asal mula kehidupan tidak dapat dijelaskan. Berdasarkan teori biogenesis bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, ini sama saja seperti menjawab pertanyaan mana yang lebih dahulu telur atau ayam? Dengan kata lain, kita terjebak dalam regresi tak hingga.
Terlepas dari bagaimana asal mula kehidupan ini, setidaknya kajian dan perdebatan ini telah membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama mikrobiologi. Dengan perdebatan ini, para ilmuwan semakin tertarik untuk mengkaji dan mencari tahu tentang aktivitas mikroba, asalnya dan cara penanganannya. Berbagai metode sterilisasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kemudian dikembangkan, semuanya terwujud akibat kajian dan penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari perdebatan ini.

 G. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.      Keterbatasan informasi dan sarana pendukung dapat menimbulkan perbedaan pendapat dalam menganalisa suatu fenomena alam.
2.      Perdebatan ilmiah dalam menjelaskan fenomena alam dapat menyebabkan ilmu pengetahuan terus berkembang.
3.      Perdebatan generatio spontanea telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang mikrobiologi.

 DAFTAR BACAAN

Agus Krisno Moch. B,M. 2012.  Sejarah Perkembangan Mikrobiologi.UMM

Anonymous. Evaluation of Macroevolution. http://www.ibri.org/Books/Pun_Evolution/Chapter3/3.3.htm, diakses pada 12 Oktober 2016

Anonymous. 2012. Spontaneous Geeneration vs Biogenesis.  http://microbiology-today.blogspot.co.id/2012/08/spontaneous-generation-vs-biogenesis.html, diakses pada 12 Oktober 2016

Dwidjoseputro, Prof. Dr. D. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta

Franklund, Clifton. Medical Microbiology Slide: The Scope and History Microbiology. Ferris State University

Muchlas, Fadlan. 2009. Makalah: Sejarah Perkembangan Mikrobiologi. https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2009/12/12/sejarah-perkembangan-mikrobiologi/, diakses pada 12 Oktober 2016

Pelczar Jr, Michael J. dan Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press : Jakarta

Prescott, L.M., Harley, J.P., Klein, D.A. 1993. Microbiology. Wm. C. Brown Communications Inc. Melbourne.

Priyani, Nunuk. 2003. Sejarah Penemuan Mikroba. USU Digital Library : Aceh

Rozirwan, 2012. Sejarah Perkembangan Mikrobiologi. FMIPA. Universitas Sriwijaya.

Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologgi Dasar. UPN : Yogyakarta

Suriawiria unus. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta

Tortora, G.J., B.R. Funke and C.L. Case. 2010. Microbiology. An Introduction. Benjamin Cummings. Toronto.

No comments:

Post a Comment