Laman

Wednesday, May 10, 2017

ANDAI DIRI INI ADALAH TUMBUHAN.....



Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Andai diri ini adalah tumbuhan, sudah fitrahnya untuk terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pohon besar dengan akar yang menghujam ke bumi, cabang yang tinggi dan rindang menaungi, sebagai tempat berlindung dari panas yang membahana, atau tumbuh menjadi tanaman berbunga yang akan menghiasi dunia dengan keindahan dan keharumannya atau menghasilkan buah yang manis dan bermanfaat bagi semua.

Setiap tumbuhan telah ditetapkan potensinya. Semua “tertulis” pada untaian takdir DNA. Ia kan tumbuh dengan segenap potensi tersebut, dengan syarat segala kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dapat terpenuhi. Mungkin intan akan tetap menjadi intan walau diletakkan di tempat yang kotor dan berdebu, namun pesona keindahannya kan hilang tertutup debu dan kotoran. Bibit pohon besar tidak akan menjadi pohon besar bila tumbuh di tanah yang kurang bernutrisi, atau lingkungan yang tidak cukup air dan cahaya. Pada kondisi demikian, potensi pohon besar yang dimilikinya tidak akan terekspresikan secara sempurna. Fenotip adalah hasil interaksi antara genetik dan lingkungan, setidaknya begitu kata orang biologi.

Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, sel-sel tumbuhan harus giat berfotosintesis (ber’amal) dan membelah (berbuat baik). Fotosintesis akan menyuplai cadangan makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tetap hidup (“jiwanya”). Pembelahan sel (perbuatan baik) yang kontinyu menyebabkan tumbuhan tumbuh semakin besar dengan “basis akar” yang kokoh. Ia tak kan mudah digoyahkan dengan dukungan basis akar yang kokoh tersebut.

Fotosintesis dan pembelahan sel tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan faktor utama yang mumpuni. Baik tidaknya kualitas fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor utama seperti: cahaya (Al-qur’an dan petunjuk nabi) sebagai sumber energi utama, air (dzikir) yang menyegarkan dan mengisi setiap relung sel tumbuhan dan karbondioksida (ilmu/pemahaman agama) sebagai bahan baku pembuatan cadangan makanan yang akan menjadi suplai pembangun tubuh tumbuhan.

Selain faktor-faktor utama yang wajib dipenuhi, tumbuhan juga membutuhkan faktor lainnya yang bersifat essensial yaitu nutrisi. Suplai nutrisi yang cukup dan tepat akan meningkatkan laju metabolisme tumbuhan untuk mengekspresikan setiap potensi genetik yang dimilikinya. Tumbuhan membutuhkan makronutrien (ilmu pendukung profesi) dalam jumlah yang besar. Makronutrien akan digunakan pada proses-proses metabolisme penting (profesionalisme dalam bekerja) untuk pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, tumbuhan juga membutuhkan mikronutrien (pengetahuan umum, hiburan dsb) dalam jumlah yang terbatas. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, mikronutrien juga bersifat essensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Pemberian kadar makronutrien dan mikronutrien yang tepat akan mampu menjaga homeostasis (keseimbangan hidup) tumbuhan. Pemberian berlebih atau kekurangan pada makronutrien atau mikronutrien pada tumbuhan dapat menyebabkan gangguan fisiologis dan adaptasi tumbuhan yang dapat menyebabkan tumbuhan tumbuh tidak normal.

Tumbuhan tidak memiliki rasa bosan. Ia akan terus menjalankan aktifitasnya untuk bertahan hidup. Istiqomah adalah motto utama dalam setiap aktifitasnya, itulah sebabnya mengapa tumbuhan tidak perlu memiliki sistem saraf yang mengatur kerja setiap organnya. Setiap bagian tumbuhan tidak perlu menunggu perintah untuk beraktifitas. Ia adalah contoh dari team work yang solid walau tanpa adanya pimpinan. Setiap bagian tau apa yang harus dikerjakannya untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhannya.

Pada kondisi sulit sekalipun, tumbuhan akan terus bertahan dan beraktifitas walau harus menyesuaikan diri dan menggugurkan beberapa bagian tubuhnya. Hingga lingkungan kembali mendukung untuk pertumbuhannya dan perkembangannya, ia kemudian kembali tumbuh dengan subur dan mengekspresikan segenap potensinya. Tumbuhan akan tetap tumbuh hingga takdir menghentikannya, itulah mengapa tumbuhan dikatakan memiliki pertumbuhan yang tidak terbatas.

Wallahua’lam.

No comments:

Post a Comment