Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Andai diri ini adalah tumbuhan, sudah fitrahnya untuk
terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pohon besar dengan akar yang
menghujam ke bumi, cabang yang tinggi dan rindang menaungi, sebagai tempat
berlindung dari panas yang membahana, atau tumbuh menjadi tanaman berbunga yang
akan menghiasi dunia dengan keindahan dan keharumannya atau menghasilkan buah
yang manis dan bermanfaat bagi semua.
Setiap tumbuhan telah ditetapkan potensinya. Semua “tertulis”
pada untaian takdir DNA. Ia kan tumbuh dengan segenap potensi tersebut, dengan
syarat segala kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dapat terpenuhi. Mungkin
intan akan tetap menjadi intan walau diletakkan di tempat yang kotor dan berdebu,
namun pesona keindahannya kan hilang tertutup debu dan kotoran. Bibit pohon
besar tidak akan menjadi pohon besar bila tumbuh di tanah yang kurang
bernutrisi, atau lingkungan yang tidak cukup air dan cahaya. Pada kondisi
demikian, potensi pohon besar yang dimilikinya tidak akan terekspresikan secara
sempurna. Fenotip adalah hasil interaksi antara genetik dan lingkungan, setidaknya begitu kata
orang biologi.
Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, sel-sel
tumbuhan harus giat berfotosintesis (ber’amal) dan membelah (berbuat baik). Fotosintesis
akan menyuplai cadangan makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tetap hidup
(“jiwanya”). Pembelahan sel (perbuatan baik) yang kontinyu menyebabkan tumbuhan tumbuh semakin
besar dengan “basis akar” yang kokoh. Ia tak kan mudah digoyahkan dengan
dukungan basis akar yang kokoh tersebut.
Fotosintesis dan pembelahan sel tidak akan berjalan
maksimal tanpa dukungan faktor utama yang mumpuni. Baik tidaknya kualitas
fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor utama seperti:
cahaya (Al-qur’an dan petunjuk nabi) sebagai sumber energi utama, air (dzikir)
yang menyegarkan dan mengisi setiap relung sel tumbuhan dan karbondioksida
(ilmu/pemahaman agama) sebagai bahan baku pembuatan cadangan makanan yang akan
menjadi suplai pembangun tubuh tumbuhan.
Selain faktor-faktor utama yang wajib dipenuhi, tumbuhan
juga membutuhkan faktor lainnya yang bersifat essensial yaitu nutrisi. Suplai nutrisi
yang cukup dan tepat akan meningkatkan laju metabolisme tumbuhan untuk
mengekspresikan setiap potensi genetik yang dimilikinya. Tumbuhan membutuhkan
makronutrien (ilmu pendukung profesi) dalam jumlah yang besar. Makronutrien akan
digunakan pada proses-proses metabolisme penting (profesionalisme dalam
bekerja) untuk pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, tumbuhan juga membutuhkan
mikronutrien (pengetahuan umum, hiburan dsb) dalam jumlah yang terbatas. Walaupun
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, mikronutrien juga bersifat essensial bagi
kelangsungan hidup tumbuhan. Pemberian kadar makronutrien dan mikronutrien yang
tepat akan mampu menjaga homeostasis (keseimbangan hidup) tumbuhan. Pemberian berlebih
atau kekurangan pada makronutrien atau mikronutrien pada tumbuhan dapat menyebabkan
gangguan fisiologis dan adaptasi tumbuhan yang dapat menyebabkan tumbuhan
tumbuh tidak normal.
Tumbuhan tidak memiliki rasa bosan. Ia akan terus menjalankan
aktifitasnya untuk bertahan hidup. Istiqomah adalah motto utama dalam setiap
aktifitasnya, itulah sebabnya mengapa tumbuhan tidak perlu memiliki sistem
saraf yang mengatur kerja setiap organnya. Setiap bagian tumbuhan tidak perlu
menunggu perintah untuk beraktifitas. Ia adalah contoh dari team work yang solid walau tanpa adanya pimpinan.
Setiap bagian tau apa yang harus dikerjakannya untuk mempertahankan hidup dan
pertumbuhannya.
Pada kondisi sulit sekalipun, tumbuhan akan terus bertahan
dan beraktifitas walau harus menyesuaikan diri dan menggugurkan beberapa bagian
tubuhnya. Hingga lingkungan kembali mendukung untuk pertumbuhannya dan
perkembangannya, ia kemudian kembali tumbuh dengan subur dan mengekspresikan segenap
potensinya. Tumbuhan akan tetap tumbuh hingga takdir menghentikannya, itulah
mengapa tumbuhan dikatakan memiliki pertumbuhan yang tidak terbatas.
No comments:
Post a Comment