Oleh: Herry Eko Jaya Putra
Matematika selalu mengajarkan kejujuran kepada kita dalam tiap
operasinya. Saat sebuah operasi matematika menggunakan tanda “=” itu berarti jumlah
bilangan di ruas kiri pastilah sama dengan jumlah bilangan disebelah kanan, tidak
boleh berbeda. Begitu juga dengan tanda >, < atau ≠ semuanya akan
menjelaskan bilangan sesuai dengan tanda bilangan yang kita gunakan. Matematika
mengajarkan kepada kita untuk bersikap objektif dan apa adanya, itulah sebabnya saya
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang kejujuran.
Saat kita meletakkan bilangan yang tidak sesuai dengan
tanda, maka saat kita telah melakukan kesalahan dalam operasi bilangan. Kesalahan pada satu tahap operasi
bilangan, akan menyebabkan kesalahan beruntun pada operasi-operasi berikutnya.
Oleh sebab itu, kejujuran harus dilakukan pada setiap tahap dan proses operasi
bilangan hingga selesai. Matematika mengajarkan kita untuk jujur pada setiap
kondisi, dari awal hingga akhir.
Kejujuran ini juga digambarkan oleh matematika dalam hal
merespon perilaku negatif, sebagaimana prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
Perhatikan gambar berikut:
RUMUS 1
Matematika mengajarkan kita untuk jujur dalam merespon
sebuah perilaku. Seperti
terlihat pada rumus nomor satu, perilaku negatif bila diberi respon positif/dukungan, itu sama seperti kita memberi minyak pada api, bukannya meredam tapi justru akan membuat perilaku negatif tersebut semakin berkembang dan bertambah-tambah. Lantas bagaimana dengan diam? dalam konteks ini diam sama dengan membiarkan perilaku negatif terjadi terus-menerus. Diam dan membiarkan perilaku negatif berkembang, sama saja dengan memberikan respon positif walau tidak diekspresikan.
terlihat pada rumus nomor satu, perilaku negatif bila diberi respon positif/dukungan, itu sama seperti kita memberi minyak pada api, bukannya meredam tapi justru akan membuat perilaku negatif tersebut semakin berkembang dan bertambah-tambah. Lantas bagaimana dengan diam? dalam konteks ini diam sama dengan membiarkan perilaku negatif terjadi terus-menerus. Diam dan membiarkan perilaku negatif berkembang, sama saja dengan memberikan respon positif walau tidak diekspresikan.
Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW,
pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya dengan
sanad dari Zainab binti Jahsy bahwa ia bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kita
akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih?
Rasulullah saw. menjawab : " Ya, apabila kemaksiatan telah
merajalela".
Abu Bakar r.a. berkata : Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda :
Sesungguhnya jika orang-orang melihat orang yang berbuat
zalim lalu tidak mencegahnya, maka hampir saja menimpakan siksa secara
menyeluruh kepada mereka (HR. Tirmidzi).
Perilaku negatif ini ibarat penyakit yang apabila
dibiarkan akan membuat penyebaran penyakit semakin bertambah luas. Ibarat luka kecil yang
dibiarkan, kemudian menjadi infeksi, menyebabkan seluruh tubuh menjadi demam,
akhirnya juga dapat menyebabkan bagian tubuh tertentu diamputasi bahkan kematian.
Selain mendatangkan azab, membiarkan kemungkaran juga
dapat membuat do’a orang-orang shalih tidak dikabulkan. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan
menimpakan siksa kepadamu kemudian kamu berdo'a kepada-Nya lalu tidak
dikabulkan. (HR. Tirmidzi).
RUMUS 2
Pada rumus 2, kita belajar bahwa setiap perilaku positif
yang diberi respon negatif akan menghasilkan perilaku negatif. Saat seseorang
berbuat baik dan benar kemudian dicemooh, dihina, ditekan dan dimusuhi, umumnya
akan melahirkan respon yang negatif dalam diri seseorang baik dalam bentuk perlawanan atau mungkin membuatnya patah
semangat, kemudian berhenti berbuat baik (kecuali pada orang-orang tertentu,
namun ini tidak berlaku umum).
RUMUS 3 DAN 4
Rumus 3 dan 4 mengajarkan kita untuk jujur dalam merespon
sebuah perilaku. Perilaku-perilaku negatif harus dicegah, dihilangkan dan
diubah menjadi perilaku positif dengan memberikan respon yang sesuai. Seseorang
yang berbuat kesalahan, perlu diingatkan akan kesalahannya bila perlu diberi
sangsi sesuai kadarnya agar kesalahan tersebut tidak berulang terus-menerus dan
menimbulkan bahaya yang lebih besar. Sebaliknya perilaku positif dan prestasi
perlu didukung, dihargai dan disupport agar memberi motivasi bagi pelaku untuk
semakin meningkatkan prestasinya dan orang lain untuk meniru perilaku positif
tersebut.
Walaupun mungkin rumus ini tidak bersifat universal, tapi setidaknya pada kebanyakan kasus, rumus ini dapat berlaku pada kebanyakan orang.
Walaupun mungkin rumus ini tidak bersifat universal, tapi setidaknya pada kebanyakan kasus, rumus ini dapat berlaku pada kebanyakan orang.
Kemungkaran harus dicegah dan dihilangkan dengan nahi
mungkar, sebagaimana kebaikan harus terus dikembangkan dengan amar ma’ruf. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Ali-Imran ayat 104:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
Akhirnya seperti kata orang bijak, Rajin pangkal Pandai, Jujur pangkal Selamat.
Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment