Oleh: Herry Eko Jaya Putra
Ilmu genetika tidak akan pernah melupakan jasa seorang ahli botani berkebangsaan Austria yang bernama Gregor Johann Mendel (1822-1884). Ia menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum) dengan hati-hati berulang kali selama 12 tahun, kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati. Dari pengamatannya, Mendel mengembangkan teori pewarisan sifatnya beberapa dasawarsa sebelum kromosom dapat terlihat dengan mikroskop dan nilai penting kromosom dipahami. Saat itu teori Mendel belum diakui. Setelah ditemukannya berbagai teknologi pada abad ke-20 terutama mikroskop elektron, barulah teori Mendel diakui menjadi sebuah hukum dimana saat itu ia sudah meninggal. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan dalam karyanya “Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman” dan kemudian menjadi dasar bagi perkembangan ilmu genetika.
Ilmu genetika tidak akan pernah melupakan jasa seorang ahli botani berkebangsaan Austria yang bernama Gregor Johann Mendel (1822-1884). Ia menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum) dengan hati-hati berulang kali selama 12 tahun, kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati. Dari pengamatannya, Mendel mengembangkan teori pewarisan sifatnya beberapa dasawarsa sebelum kromosom dapat terlihat dengan mikroskop dan nilai penting kromosom dipahami. Saat itu teori Mendel belum diakui. Setelah ditemukannya berbagai teknologi pada abad ke-20 terutama mikroskop elektron, barulah teori Mendel diakui menjadi sebuah hukum dimana saat itu ia sudah meninggal. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan dalam karyanya “Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman” dan kemudian menjadi dasar bagi perkembangan ilmu genetika.
Hukum
ini terdiri dari dua bagian, yaitu hukum 1 Mendel yang dikenal dengan hukum
pemisahan (segregation) dan hukum 2 Mendel
yang dikenal sebagai hukum berpasangan secara bebas (independent assortment). Pada kebanyakan buku
pelajaran disekolah, hukum 1 mendel dijelaskan dengan persilangan monohibrid
dan hukum 2 mendel dijelaskan melalui persilangan dihibdrid. Sebenarnya tidak
ada yang salah dengan hal tersebut, karena memang hukum 1 Mendel dapat dibuktikan
dengan memperhatikan satu sifat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Begitu juga dengan hukum 2 Mendel dapat dibuktikan dengan memperhatikan
kombinasi-kombinasi yang terbentuk dari dua sifat atau beberapa sifat yang
diamati dari hasil persilangan. Masalahnya adalah efek yang timbul dari
penjelasan tersebut. Beberapa efek pemahaman yang muncul dikalangan guru maupun
siswa tentang hukum mendel tersebut antara lain sebagai berikut.
1.
Hukum 1 Mendel hanya berlaku untuk persilangan monohibrid
2.
Hukum 2 Mendel hanya berlaku untuk persilangan dihibrid atau polihibrid
3.
Hukum 1 dan hukum 2 Mendel seolah-olah adalah 2 hukum yang terpisah
4.
Bila ditanya tentang hukum 1 atau hukum 2 Mendel, yang paling diingat
adalah persilangan monohibrid atau dihibridnya
5.
Jika ditanya bunyi hukum 1 atau 2 mendel, agak kesulitan menjawab
disebabkan karena hukum tidak dijelaskan dengan baik oleh guru atau buku
pelajaran di sekolah. Yang banyak adalah penjelasan tentang persilangan monohibrid
dan dihibrid.
Untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya hukum Mendel ini, mari kita lihat satu persatu.
A. Hukum 1 Mendel
Dikenal
sebagai hukum pemisahan (segregation),
berbunyi:
Saat pembentukan gamet
(gametogenesis) terjadi pemisahan (segregasi) gen-gen yang berpasangan (alel)
dari diploid menjadi haploid, sehingga setiap sel anak mendapatkan 1 buah gen
(tidak berpasangan lagi).
Coba
perhatikan bunyi hukum 1 mendel diatas, sangat jelas tidak berbicara tentang
persilangan monohibrid. Sebaliknya bunyi hukum diatas menjelaskan tentang
proses pembentukan gamet. Lantas dimana persilangan monohibridnya? persilangan monohibrid
dapat dijadikan sebagai upaya untuk membuktikan hukum 1 mendel. Ingat, upaya
untuk membuktikan, bukan penjelasan dari hukum 1 mendel.
Penjelasan
dari hukum 1 mendel tersebut dapat kita perhatikan dari diagram berikut.
Gambar 1. Ilustrasi hukum 1 mendel
Tahap 1,
sebuah sel dengan sepasang kromosom yang akan membelah melakukan duplikasi
sehingga terbentuk sepasang kromosom dalam bentuk duplikat (sister kromatid). Ingat kromosom yang
berbentuk huruf X adalah kromosom dalam keadaan terduplikat. Sepasang kromosom
yang homolog ini (bentuk, ukuran dan struktur gen nya sama) merupakan kromosom
yang dahulunya berasal dari ayah dan ibu yang bergabung saat terjadi
fertilisasi. Sekarang kita anggap saja kromosom yang berwarna merah adalah
kromosom yang berasal dari ayah, sedangkan kromosom yang berwarna biru
merupakan kromosom yang berasal dari ibu. Saat pembentukan gamet, kedua
kromosom homolog yang berasal dari ayah dan ibu ini akan dipisahkan kembali
seperti semulanya dalam keadaan haploid (tidak berpasangan) saat sebelum terjadi
fertilisasi.
Tahap 2,
pada meiosis 1 kedua kromosom homolog tesebut yang telah sekian lama bergabung
kemudian dipisahkan pada sel yang berlainan saat sel membelah. (memang tidak ada pertemuan yang kekal
didunia ini, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Maka setiap kita harus
siap jika suatu saat harus berpisah bahkan dengan orang-orang yang kita sayangi).
Tahap 3,
pada meiosis 2 kromosom yang tadinya diduplikat (sister kromatid) akan dipisahkan saat pembelahan sel berikutnya.
Sehingga dihasilkan 4 sel gamet dalam keadaan haploid tidak lagi berpasangan
seperti sel sebelum proses gametogenesis.
Penjelasan
seperti ini memang tidak ditemukan dalam karya Mendel “Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman” karena ketika itu ilmu
tentang kromosom belum diketahui. Penjelasan ini muncul setelah ilmu
pengetahuan mengetahui informasi dan nilai penting kromosom dalam pewarisan
sifat, dan inilah penjelasan yang lebih tepat untuk menjelaskan bunyi hukum 1
mendel.
A. Hukum 2 Mendel
Dikenal
sebagai hukum berpasangan secara bebas (independent assortment), berbunyi:
Pada waktu pembentukan gamet (gametogenesis),
alel-alel berbeda (pada kromosom non homolog) yang telah berpisah (segregasi),
akan bergabung secara bebas (independent assortment) membentuk genotip dengan
kombinasi yang berbeda
Dari kalimat diatas, dapat kita lihat bahwa hukum 2 Mendel
merupakan kelanjutan dari hukum 1 Mendel. Bila pada penjelasan hukum 1 Mendel
kita hanya memperhatikan 1 pasang kromosom maka sebenarnya pada kebanyakan
organisme terdapat lebih dari 1 kromosom. Oleh sebab itu, kromosom-kromosom ini
pada saat meiosis akan membentuk berbagai kemungkinan kombinasi saat pembelahan
sel.
Gambar 2. Ilustrasi hukum 2
mendel
Saat
pembentukan gamet, dua pasang kromosom homolog dapat tersusun dalam dua cara
yang berbeda saat metaphase 1. Dari diagram diatas kita ketahui sebuah sel
tanaman mengandung gen YyRr, pada metaphase 1 kromosom-kromosom homolog ini
dapat berjajar dalam dua cara. Cara pertama membentuk kombinasi seperti
terlihat pada sel disebelah kiri dan cara kedua seperti terlihat pada sel
sebelah kanan. Masing-masing kombinasi akan menghasilkan sel gamet yang
berbeda. Inilah yang disebut dengan bergabung secara bebas (independent assortment) saat tersusun dibidang
equator bersama kromosom homolognya pada metafase 1, sehingga memungkinkan
terbentuknya kombinasi-kombinasi yang berbeda.
Mari
kita lihat. Bila kromosom berjajar dengan cara pertama maka sel anak (haploid)
yang akan dihasilkan adalah sel dengan kromosom yR dan sel dengan kromosm Yr.
Sedangkan bila kromosom berjajar seperti cara kedua, maka sel anak yang akan
dihasilkan adalah sel anak yang mengandung kromosom yr dan sel anak yang
mengandung kromosom YR.
KESIMPULAN
1. Hukum mendel berbicara
tentang proses pembentukan gamet (gametogenesis)
2. Persilangan
monohibrid dapat dijadikan cara untuk membuktikan hukum 1 mendel
3. Persilangan
dihibrid dapat dijadikan cara untuk membuktikan hukum 2 mendel
4. Hukum
2 mendel merupakan kelanjutan dari hukum 1 mendel dalam proses gametogenesis
jadi bukanlah kejadian yang terpisah
No comments:
Post a Comment