Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Ilmu biologi dikaji dan dikembangkan melalui
serangkaian metode ilmiah. Metode ilmiah ini dilakukan sebagai jaminan agar
teori dan kesimpulan yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Selain metode ilmiah, seorang saintis juga perlu memiliki sikap ilmiah dalam pengkajian
dan penelitian sains.
A. SIKAP ILMIAH
Tidak hanya saintis, sebagai seorang
penuntut ilmu, kita juga perlu memahami dan memiliki sikap ilmiah ini di dalam
diri kita. Karena, ada begitu banyak fenomena dan kejadian di sekitar kita.
Sikap ilmiah ini akan membantu kita dalam memahami dan menyikapi
kejadian-kejadian tersebut dengan benar. Beberapa sikap ilmiah yang perlu kita
ketahui, antara lain:
1. Harus
bisa membedakan antara Fakta dan Opini
Fakta dan opini adalah dua hal yang
sering kabur (sulit dibedakan) saat ini. Perkembangan teknologi informasi yang
cepat, membuat orang dengan mudah menyebarkan informasi di media sosial.
Sehingga, informasi yang sifatnya opini seringkali dianggap sebagai fakta oleh
orang banyak, karena tersebar dengan banyak. Oleh sebab itu, perlu bagi kita
untuk bisa membedakan antara fakta dan opini.
Secara sederhana, Fakta dapat
didefinisikan sebagai kenyataan, sedangkan opini adalah pendapat. Fakta dapat
dikenali oleh alat indra dan dapat diukur secara kuantitatif. Adapun opini
merupakan tanggapan atau tafsiran seseorang. Berikut ini adalah contoh fakta
dan opini.
Fakta: Anak itu memakai baju
berwarna merah.
Opini: Anak itu memakai baju dengan
warna yang menarik.
Fakta: Tinggi badan Ani adalah 175
cm.
Opini: Ani adalah seorang anak yang
tinggi.
2. Jujur
dan objektif
Fakta-fakta yang disajikan oleh
seorang saintis haruslah sesuai dengan kenyataan yang terjadi, karena itu seorang
saintis harus memiliki sifat jujur. Seorang peneliti harus bersikap objektif,
yaitu menggambarkan keadaan secara apa adanya, bebas dari prasangka,
kepentingan, atau kesukaan pribadi.
3. Berpikir
kritis
Berpikir kritis ini sangat penting
karena tidak semua informasi yang kita terima itu benar. Kita perlu
menyaringnya dan melihat dari berbagai sudut pandang sebelum mempercayainya.
4. Memiliki
rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu menyebabkan ilmu
jadi terus berkembang. Rasa ingin tahu menyebabkan bertambahnya ilmu seseorang.
Lawan dari rasa ingin tahu adalah rasa cukup dengan ilmu yang ada. Saat
seseorang merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka energinya untuk terus
menambah ilmu semakin berkurang.
5.
Tekun
6.
Tidak
mudah berputus asa (optimis)
7.
Bertanggungjawab
8.
Peduli
lingkungan
9.
Berani
dan santun dalam mengemukakan pendapat
10.Berpikir logis, terbuka, serta mau
menerima kritik dan pendapat orang lain
B. METODE ILMIAH
Dahulu, sebelum ditemukannya metode
ilmiah, pengetahuan diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya berdasarkan prasangka,
intuisi, dan coba-coba (trial and error).
· Prasangka merupakan pengetahuan yang
didasarkan pada anggapan-anggapan yang diyakini kebenarannya namun belum tentu
anggapan itu benar.
· Intuisi merupakan pengetahuan yang
didasarkan pada pendapat seseorang yang didasarkan pada pengetahuannya yang terdahulu
melalui proses yang tidak disadari, muncul begitu saja, sehingga kebenarannya
sukar untuk dibuktikan, meskipun kadang-kadang masuk akal dan sesuai dengan
kenyataan.
· Sedangkan trial and error
merupakan pengetahuan yang diperoleh setelah melakukan coba-coba atau
untung-untungan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan
cara-cara tersebut tidak relevan lagi dengan keadaan dan kebutuhan sekarang
karena kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Metode ilmiah merupakan langkah-langkah
atau cara kerja yang sistematis untuk memecahkan masalah. Metode ilmiah
digunakan oleh para ahli dalam melakukan penelitian dan bereksperimen untuk
menghasilkan penemuan-penemuan baru. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
metode ilmiah antara lain:
1. Mengidentifikasi
masalah
Masalah adalah suatu keadaan dimana
terjadi ketimpangan atau ketidaksesuaian antara kondisi yang diharapkan (ideal)
dengan kenyataan yang dihadapi. Masalah dapat timbul secara sengaja atau tidak disengaja. Secara
sengaja, maksudnya adalah masalah yang timbul merupakan hal yang sengaja dicari
untuk dipecahkan. Misalnya, seorang petani yang ingin mengetahui dosis pupuk
yang tepat untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman sayurannya. Kadang-kadang,
masalah bisa timbul secara tidak sengaja. Misalnya, seorang peternak domba
melihat tanaman yang tumbuh dekat kandang domba tumbuh lebih baik daripada
tanaman sejenis yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Maka, dalam benak petani
pun timbul pertanyaan mengapa hal tersebut terjadi.
Dalam penelitian, masalah yang
ditemukan kemudian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang ringkas, jelas
dan bermakna. Masalah yang ditemukan mungkin saja terlalu luas, sehingga tidak
memungkinkan untuk diteliti sekaligus. Sehingga, dengan mengingat keterbatasan
yang dimiliki oleh peneliti, maka masalah yang ditemukan dapat dibatasi sesuai
kemampuan peneliti. Misalkan, seseorang ingin meneliti tentang pencemaran
sungai di desanya. Dari masalah ini, bisa dirumuskan beberapa penelitian
seperti:
-
Penyebab
terjadinya pencemaran sungai
-
Dampak
pencemaran sungai terhadap kesehatan masyarakat sekitar
-
Upaya
pemerintah setempat untuk mengatasi pencemaran sungai
-
dll
2. Menyusun
Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian
Sebelum kita melakukan penelitian,
kita harus memiliki gambaran akhir yang ingin dicapai dari penelitian. Gambaran
ini dapat disusun berupa hipotesis atau pertanyaan penelitian.
Hipotesis adalah dugaan sementara
hasil penelitian. Dugaan ini disusun berdasarkan teori-teori yang terkait
dengan masalah yang akan diteliti. Hipotesis biasanya digunakan dalam penelitian
yang bersifat eksperimen atau percobaan. Misalkan seseorang ingin meneliti
tentang : Pengaruh penyiraman dengan air gula terhadap kecepatan pertumbuhan
tanaman tomat. Maka hipotesis atau dugaan sementara yang diajukan bisa berupa :
penyiraman tanaman tomat dengan air gula akan berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan tanaman tomat. Hipotesis seperti ini disebut hipotesis kerja
atau hipotesis alternatif. Hipotesis kerja adalah dugaan yang
menyatakan bahwa perlakuan yang diberikan dalam penelitian berpengaruh terhadap
variabel yang diamati. Sedangkan yang sebaliknya disebut hipotesis nol,
yaitu dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh. Jika mengacu kepada penelitian
di atas, hipotesis nol nya dapat dirumuskan seperti : penyiraman tanaman tomat
dengan air gula tidak berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman tomat
Sedangkan penelitian yang sifatnya
bukan eksperimen atau percobaan seperti penelitian deskriptif, tidak
menggunakan hipotesis, melainkan menggunakan pertanyaan penelitian. Sebagai
contoh, penelitian tentang masalah pencemaran sungai di atas. Pertanyaan
penelitiannya dapat dirumuskan berupa : apakah yang menyebabkan terjadinya pencemaran
di desa sukarami?. Atau, bagaimana dampak pencemaran sungai desa Sukarami
terhadap kesehatan masyarakat sekitar?
3. Melakukan
Penelitian
Hipotesis yang telah ditetapkan
mungkin saja salah, walaupun dirumuskan berdasarkan teori ataupun fakta-fakta
sebelumnya. Begitu juga dengan pertanyaan penelitian yang membutuhkan jawaban
untuk diungkap. Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan
hipotesis yang telah diajukan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.
4. Mengumpulkan
Data
Dari penelitian yang dilakukan,
didapatkanlah berbagai macam data yang akan digunakan untuk membuat sebuah kesimpulan.
Data bisa diperoleh melalui pengamatan (observasi), wawancara, angket atau
dengan meminta langsung kepada pihak yang terkait.
Data yang didapatkan dapat berupa data
kuantitatif (yang dapat diukur dengan angka) seperti tinggi tanaman,
suhu dan volume. Atau berupa data kualitatif (yang tidak dapat
diukur dengan angka) seperti warna, bentuk dan pola.
5. Menganalisis
Hasil penelitian
Setelah diperoleh, data-data
terkumpul kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan berbagai teori dan fakta-fakta
sebelumnya.
6. Kesimpulan
Hasil analisis akan berujung kepada
sebuah kesimpulan, yaitu kesimpulan untuk menentukan apakah hipotesis yang sebelumnya
diajukan dapat diterima atau ditolak, atau kesimpulan ini berupa jawaban dari
pertanyaan penelitian yang telah diajukan.
Terkadang, hasil penelitian yang dilakukan
tidak langsung mampu memuaskan keinginan peneliti. Oeh sebab itu, mungkin saja peneliti
akan melakukan penelitian kembali dengan memperbaiki bagian penelitian yang
diperkirakan penyebab kegagalan.
C. VARIABEL PENELITIAN
Dalam merancang suatu
percobaan, peneliti perlu menetapkan variabel yang sesuai dengan tujuan
percobaan dan alat/bahan yang tersedia. Beberapa variabel yang digunakan dalam sebuah
percobaan antara lain:
1. Variabel
bebas (variabel manipulasi) adalah perlakuan yang berbeda-beda dalam percobaan.
2. Variabel
terikat (variabel respons) adalah hasil dari perlakuan yang berbeda-beda pada
percobaan.
3. Variabel
kontrol (variabel terkendali) adalah perlakuan yang sama pada semua percobaan.
4. Variabel
pengganggu adalah variabel yang tidak dikehendaki tetapi dapat mempengaruhi
hasil percobaan.
Misalkan, sebuah percobaan
dengan judul : “Pengaruh penyiraman
dengan air gula terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman tomat”. Berdasarkan judul tersebut kita dapat
menentukan beberapa macam variabel penelitian yang terlibat, yaitu :
1. Variabel bebasnya adalah penyiraman
air. Berdasarkan judul, dapat kita bayangkan bahwa dalam penelitian ini akan
digunakan beberapa tanaman untuk diteliti. Sebagian tanaman akan disiram dengan
air gula, sedangkan sebagian lainnya menggunakan air biasa sebagai pembanding.
2. Variabel
terikatnya adalah kecepatan pertumbuhan tanaman tomat, karena cepat lambatnya
pertumbuhan akan dipengaruhi oleh jenis air yang disiramkan.
3. Variabel
kontrolnya adalah jenis tomat, media, lokasi penanaman, pencahayaan dan hal
lainnya yang sama dari semua objek penelitian.
4. Variabel
pengganggu dalam penelitian ini adalah mungkin saja akan muncul hama yang
mengganggu pertumbuhan tanaman, atau perubahan cuaca yang tidak diperkirakan. Oleh
sebab itu, sebisa mungkin penelitian dilakukan di tempat yang aman dan bisa
dikendalikan variabel-variabelnya.
SYUKRON STAD...
ReplyDeleteSyukron ustadz..
ReplyDelete