Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Duduk bermenung di tepi saluran irigasi di pasar pagi, sambil
menunggu istri belanja. Sembari itu, kuperhatikan asiknya ikan-ikan berenang di
saluran irigasi tersebut hilir mudik, terkadang mengikuti arus, terkadang juga
melawan arus, naik ke permukaan, turun lagi ke bawah, melenggak lenggok
menggerakan badan dan siripnya, berharmoni bersama arus air, menampilkan
keindahan tersendiri.
Selain ikan yang berenang kian kemari, di saluran irigasi
tersebut juga terdapat dedaun tanaman yang gugur, jatuh ke air, hanyut terbawa
arus entah kemana ujungnya.
Dua kejadian ini mengingatkanku akan Hadits Nabi
SAW :
Janganlah kalian menjadi orang yang suka mengekor
orang lain. Kalian mengatakan Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan
berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat
zhalim.’ Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian
juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat
zhalim." (HR Tirmidzi, no 1930)
Sahabat, hadits tersebut mengajarkan kita agar tidak
bersikap imma’ah (ikut-ikutan) melainkan hendaknyalah seorang muslim memiliki
prinsip yang jelas terhadap apapun yang terjadi disekitarnya. Laksana ikan tadi
yang tau bagaimana bersikap bersama arus. Ia tau kapan berharmoni bersama arus,
juga tau kapan pula ia harus berlawanan arah, bahkan menentang arus. Itulah yang
membuat ikan ini bertahan pada posisinya. Beda halnya dengan dedaunan dan sampah yang hanyut terombang ambing terbawa arus.
Dilain kesempatan, saat selepas hujan deras saya melihat arus
di saluran ini sangat deras, saya kira waktu itu mungkin ikan-ikan yang ada di
tempat tersebut akan hanyut terbawa arus deras, namun ternyata mereka tetap bertahan di sana.
Seolah mereka mengajarkan kepada kita bahwa : selama mereka hidup, mereka akan
tetap bertahan. Arus hanya akan membawa benda-benda mati yang ada di
saluran tersebut, hanyut entah kemana ujungnya, tapi tidak untuk ikan yang masih hidup dan sehat.
Sahabat, Allah telah mengarunia setiap kita akal pikiran,
nurani serta petunjuk-Nya melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya. Semua itu
adalah bekal agar kita mampu bersikap terhadap apapun yang terjadi disekitar
kita. Dunia yang kita tempati ini adalah dunia yang complicated, ada banyak orang baik, namun tidak sedikit pula orang jahat. Ada yang jelas, ada yang samar-samar, bahkan adapula musang berbulu domba.
Ingatlah selalu, bahwa setiap kita akan dimintai pertanggungjawaban
atas setiap perbuatan yang kita lakukan. Mari jadikan Al-qur’an dan sunnah
sebagai standar dalam menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu, gunakan
akal pikiran kita dan kembalikan semua kepada standar Nya, karena mayoritas
tidaklah selalu benar, ikutilah kebenaran melalui “hujjah” nya, bukan karena taklid
kepada seseorang. Jangan turuti hawa nafsu, melainkan kendalikanlah ia agar
selaras bersama petunjuk Nya. Terangilah jiwa kita dengan petunjuk-petunjuk Nya.
Jiwa yang hidup kan senantiasa terpelihara dan istiqomah
di jalan-Nya, sebaliknya jiwa yang mati akan terombang-ambing oleh arus dunia,
hanyut terbawa, ke arah tujuan yang tidak jelas hingga akhirnya.
Wallahu a'lam
mantapks ,ust .....
ReplyDelete