Laman

Thursday, February 19, 2015

JANGAN MAU JADI GURU BIASA, JADILAH GURU LUAR BIASA !


Kamis, 19 Februari 2015, saya diminta untuk mengisi acara muhasabah buat guru-guru di Bimbel JF Course Padang. Serasa tidak yakin dan tidak berkompeten, saya pun menyampaikan kepada pimpinan lembaga tersebut yang juga merupakan junior saya ketika kuliah dulu bahwa “kalau muhasabah sepertinya saya kurang berkompeten dalam hal itu, namun kalau refleksi sebagai guru, insyaallah diusahakan”. Akhirnya agenda muhasabah pun diganti dengan agenda refleksi. Berikut beberapa pokok pikiran yang saya sampaikan kepada guru-guru di JF course yang rata-rata masih muda, energik dan ceria (saya rasa para siswa pasti senang belajar dengan mereka-mereka yang berwajah ceria tersebut).

Tidak semua orang berkeinginan menjadi guru, bahkan diantara para guru yang ada sekarang pun tidak semuanya memang bercita-cita menjadi guru sejak dari awalnya. Sehingga ada banyak alasan dan motif seseorang kemudian memilih menjadi guru. Ada yang menjadi guru karena orang tuanya guru kemudian ia pun ingin menjadi guru. Ada yang menjadi guru karena bekerja sebagai guru nantinya akan ada banyak libur sekolah sehingga akan punya banyak waktu untuk keluarga. Ada juga yang menjadi guru karena menganggap ini adalah pekerjaan mulia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Atau bahkan ada yang menjadi guru sebagai batu loncatan karena belum ada peluang lain yang lebih baik, jadinya yah sementara ngajar dulu deh sambil menunggu peluang lain yang lebih menjanjikan.

Terlepas apapun motivasi seseorang untuk menjadi guru, yang pasti sekarang mereka telah menjadi guru. Lantas sekarang, apakah mereka hanya akan menjadi guru (biasa) atau menjadi “GURU LUAR BIASA”.

Guru biasa, umumnya hanya fokus pada pengajaran atas mata pelajaran yang di ampunya. Jika dia seorang guru biologi maka dia akan mengajar biologi, guru sejarah akan mengajar sejarah, guru bahasa akan mengajar bahasa, begitu seterusnya. Ia bagaikan teko yang menuangkan air ke dalam wadah sampai penuh. Terkadang ada juga guru yang mengajar hanya sebatas melepas tanggungjawab mengajar dan tidak peduli apakah siswanya mendengarkan, memperhatikan atau memahami apa yang dia sampaikan, yang penting dia sudah mengajar.

Perlu kita ketahui, bahwa siswa kita adalah makhluk yang cerdas. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, tanpa guru pun mereka bisa belajar secara mandiri, mereka bisa memahami lebih banyak informasi walau tanpa gurunya disekolah. Mereka bisa baca buku, majalah, bahkan mencari bahan di internet. Sehingga bukan tidak mungkin, kemudian para siswa memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan gurunya. Lihat saja para siswa yang menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) bahkan internasional, mereka mampu mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan yang lebih, dimana disisi lain gurunya di sekolah belum tentu mampu mengerjakannya, bahkan ada beberapa guru yang “angkat tangan” bila disodorkan untuk mengerjakan dan membahas soal olimpiade.

Mungkin kita pernah mendengar, ada banyak orang yang dianggap bodoh oleh gurunya namun kemudian mereka menjadi sukses dan cemerlang, bahkan kesuksesannya melebihi guru yang menganggapnya bodoh dahulu. Sebutlah Thomas Alfa Edison, yang dikeluarakan dari sekolah karena dianggap sangat bodoh oleh gurunya, kemudian ia belajar di rumah, melakukan eksperimen ribuan kali hingga akhirnya ia menemukan alat yang mampu membuat dunia menjadi terang benderang.

Artinya, jika hanya menjadi guru biasa yang hanya mengajarkan pelajaran maka ketahuilah, tanpa guru seperti ini anak-anak juga bisa belajar lebih banyak secara mandiri. Pantas saja bila terkadang suasana kelas menjadi minim perhatian, karena siswa beranggapan bahwa apa yang diajarkan oleh guru bisa mereka pelajari secara mandiri nantinya baik dengan membaca buku, diskusi bersama teman, ikut les atau mencari bahan di internet. Kasihan sekali guru seperti ini, keberadaannya tidak begitu berarti dihadapan muridnya.

Berbeda dari guru biasa, guru luar biasa ibarat hujan yang membasahi bumi. Ia membuat biji menjadi berkecambah, kemudian tumbuh menjadi pohon yang rindang tempat orang berteduh, pohon itu menghasilkan buah yang lebat yang dapat dinikmati oleh orang banyak, setiap buah mengandung banyak biji yang kemudian akan tumbuh lagi menjadi pohon lainnya dan menyebar ke berbagai penjuru bumi. Itulah ilmu yang bermanfaat. Guru luar biasa tidak hanya mengajarkan pelajaran sebagaimana yang tercantum di dalam kurikulum, namun ia menjadi inspirasi bagi para siswanya, ia mengajarkan banyak kebaikan yang kemudian dicontoh oleh para siswanya, dan kebaikan-kebaikan itu menular dari seorang ke orang lainnya.

Bagi guru luar biasa, mengajar sejarah bukan hanya sekedar menghafal tanggal dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, melainkan lebih dari itu. Dari sejarah, ia mengajarkan kebijaksanaan dan menginspirasi siswanya bahwa kita adalah bangsa pejuang, bukan bangsa memble yang suka ikut-ikutan dan tak punya pendirian, karena darah pejuang telah mengalir dalam setiap tubuh kita. Sehingga para siswanya tidak mudah terpengaruh dan terseret oleh berbagai budaya asing yang masuk walaupun itu adalah sebuah “trend” katanya. Belajar bahasa bukan hanya sekedar mempelajari tata bahasa namun lebih kepada tata krama dan sopan santun dalam berbahasa. Apa gunanya belajar bahasa bila tidak mampu berbicara dengan sopan dan santun. Bahasa menunjukkan karakter suatu bangsa. Belajar Pancasila dan kewarganegaraan bukan hanya untuk menghafal butir-butir pancasila, melainkan mampu membentuk karakter gotong royong, persatuan, toleransi dll sebagaimana sejatinya semangat pancasila harus terwujud. Belajar Penjas mampu mendidik sikap sportif kepada siswa, mampu mengakui kekurangan diri dan menghargai kelebihan orang lain serta tidak sombong saat sukses diraih. Belajar matematika bukan hanya sekedar latihan rumus-rumus, melainkan mampu menajamkan logika berfikir agar mampu membedakan mana yang bermanfaat untuk kemashlahatan dan mana yang membawa kepada kemudharatan. Belajar IPA membuat siswa semakin bijaksana terhadap diri dan lingkungannya sehingga siswa mampu menghindari berbagai perilaku negatif yang dapat merusak diri dan lingkungannya. Dan seterusnya terhadap pelajaran lain.

Guru luar biasa bukan hanya guru mata pelajaran, ia adalah guru kebaikan. Ia motivator dan inspirator bagi muridnya. Ia laksana pemimpin yang diikuti arahannya. Ia bagaikan ayah/ibu dalam memberikan perhatian. Ia juga bagai sahabat dalam keakraban.

Sungguh amat beruntung guru seperti ini, Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).

Bayangkan, di do’akan oleh para malaikat, penghuni langit dan bumi. Hitung saja, berapa banyak semut dan ikan di bumi, semuanya mendo’akan guru kebaikan.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

Bayangkan, jika benih-benih kebaikan itu senantiasa tumbuh dan tersebar maka sungguh, ini adalah investasi terbesar dunia dan akhirat. Dimana pahalanya akan terus mengalir, walau mungkin suatu saat kita telah tiada. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW :

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”  (HR. Muslim no. 1631)

Artinya, guru luar biasa bukan hanya guru bagi siswanya melainkan ia adalah guru berjuta ummat, karena kebaikannya akan senantiasa tumbuh dan tersebar.


Pilihan ada pada kita masing-masing sebagai guru. Mau jadi guru biasa atau menjadi guru luar biasa. Mau menjadi guru yang keberadaannya tidak berbekas atau menjadi guru inspiratif yang kehadirannya selalu dinanti oleh siswa. Mau sekedar lepas tanggungjawab atau investasi besar untuk dunia akhirat. Semua tergantung kepada kita.

Yang jelas, uang dapat dicari namun tidak dibawa mati, amal baik sangat berarti, menjadi bekal diakhirat nanti.

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment