Jika dianalogikan maka kita dapat menyebut Sistem
Imun yang ada pada tubuh kita itu sebagai suatu kesatuan prajurit perang
yang kompleks. Ibaratnya mereka itu seperti Brigade Izzudin Al-qossam
yang piawai dalam menumpas tentara Zionis yang sering menyusup ke daerah
Palestina.
Mungkin seperti ini cara kerja mereka......
Dalam suatu wilayah konflik tentu akan ada benteng yang dibangun oleh
masing-masing kubu sebagai alat pertahanan diri mereka paling awal. Sama
halnya dengan tubuh manusia, kita memiliki lini pertahanan lapis
pertama yang terdiri dari kulit, silia dan mukosa pada saluran nafas,
dan asam lambung yang ada pada sistem digesti kita. Kita ibaratkan lah
dalam suatu kesempatan tentara Zionis berhasil menembus benteng yang
telah dibangun oleh para tentara Al-qossam diperbatasan tadi. Ya,
mungkin ada sedikit kelengahan dari beberapa prajurit Al-qossam yang
bertugas untuk menjaga perbatasan. Sehingga ada tentara Zionis yang
berhasil masuk ke wilayah Palestina. Seperti itu jugalah tubuh kita.
Disuatu waktu mungkin ada beberapa faktor yang muncul sehingga
menyebabkan lini pertahanan awal kita tertembus. Contoh sederhananya
mungkin tangan kita tertusuk duri, atau terjatuh lalu menyebabkan luka
lecet pada kulit, dsb. Balik lagi ke perang. Ok lah, tentara
Zionis itu berhasil lolos dari lini pertahanan awal. Tapi tunggu dulu,
di jalan-jalan tentu masih banyak warga dan prajurit Al-qossam yang
berjaga-jaga, mengawasi setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Mereka
disana berperan sebagai lini pertahanan lapis dua setelah benteng tadi.
Begitu juga dengan tubuh kita. Jika seandainya pertahanan lapis satu
kita tertembus, masih ada pertahanan lapis dua kita yang akan siap
memberikan perlawanan terhadap musuh yang datang. Mereka terdiri dari
fagosit/makrofag untuk fagositosis, respon inflamasi, sel imun
nonspesifik (makrofag, neutrofil, basofil, eosinofil), mediator kimia
(IL-1, IFN, Complemen), dan demam. Karena kepiawaian dari prajurit
Al-qossam, tentara Zionis yang menyusup tadi akhirnya tertangkap.
Mekanismenya mungkin seperti ini, ketika ada ibu-ibu (baca: sel mast,
misal) yang teriak (baca: mengeluarkan histamin) karena memergoki ada tentara Zionis
yang menyusup, maka teriakan ibu itu akan sampai ke telinga
prajurit-prajurit Al-qossam (baca: Leukosit) yang sedang berjaga di
Markaz penjagaan (limfonodus). Seketika itu lah para prajurit meluncur
menggunakan mobil Jeep Wrangler, ban mobil mereka (baca: Selektin L)
berjalan di tanah berdebu (baca: Selektin E) memecah jalanan ramai
(baca: pembuluh darah) kota. Ketika sampai di lokasi, pintu mobil dibuka
(baca: ICAM-1 dan VCAM), para prajurit ke luar menuju TKP (baca: proses
diapedesis)+(Baca: PECAM). Terjadilah sedikit baku hantam, hingga
akhirnya tentara Zionis berhasil diringkus (baca: proses fagositosis).
Ia pun diborgol (baca: MHC) lalu dibawa ke Markaz Brigade Al-qossam
untuk bertemu Jenderal. Layaknya sistem imun nonspesifik (makrofag,
neutrofil, dll) yang berperan sebagai prajurit Al-qossam, berhasil
menangkap tentara Zionis (baca: antigen)+(Baca: APC) yang lemah tak
berdaya.
Si antigen yang tertangkap tadi diborgol dengan MHC.
Lalu kompleks yang kemudian disebut APC ini digiring oleh prajurit ke
Markaz yang berada di limfonodus. Sesampainya di Markaz (baca:
limfonodus) ternyata si tentara Zionis nan malang ini telah ditunggu
oleh dua orang Jenderal, si Sel B dan Sel T yang keduanya
masing-masing punya anak buah. Jendral Sel B punya anak buah Bmemory dan Bplasma.
Sementara itu, Sel T dibantu oleh Thelper dan Tsitotoksik. Si Bmemori ni
bertugas untuk mencatat dan menyimpan file-file yang menyangkut
informasi tentang antigen Zionis ini. Sementara itu si Bplsama dibantu
oleh Thelper berperan tuk ngebuat antibodi. Ibaratnya antibodi tu senjata khusus
yang dibuat untuk menumpas kalau-kalau ada tentara Zionis gendeng yang
masuk ke wilayah Palestina lagi. Mungkin kalau untuk tentara Zionis, senjata yang cocok itu “batu” kali ya, mereka kan takut sama anak-anak yang
megang batu. Awkwk....
Nah itu Thelper. Sementara itu Tsitotoksik
berfungsi untuk menyerang kawan-kawan tentara Zionis tadi, yang
ikut menerobos masuk. Tapi mungkin karena mereka sedikit piawai dari
Zionis yang pertama tadi, mereka bisa bersembunyi di gang-gang, rumah-rumah atau
dikandang-kandang domba (baca: sudah menginfeksi sel-sel target). Pada kondisi inilah, terjadi suasana yang mencekam (baca: symptom/gejala penyakit) di tubuh masyarakat, terkadang mengakibatkan kerusakan beberapa fasilitas dan infrastruktur akibat ulah tentara Zionis yang berhasil menyusup. Besar kecilnya tingkat kerusakan yang diakibatkan dan lama suasana yang mencekam ini tergantung dari kecepatan infeksi tentara zionis dan kesigapan prajurit Al-qossam dalam mengenali dan menumpas tentara zionis yang menyusup diberbagai tempat.
Walaupun begitu, mereka akhirnya tetap akan
tertangkap juga oleh prajurit Al-qossam. Karena si tentara pertama yang
tertangkap tadi udah ngasih tau tempat persembunyian dan ciri-ciri
teman-temannya yang lain. Nah, disinilah sebenarnya pertahanan yang kita
sebut pertahanan spesifik seluler itu. Dia bermula ketika Tsitotoksik
beraksi, menumpas antigen-antigen yang bersembunyi didalam sel-sel.
No comments:
Post a Comment