Laman

Wednesday, August 24, 2016

DON'T GET LOST IN SCIENCE


Oleh: Herry Eko Jaya Putra

Ribut-ribut soal bumi datar (flat earth) atau berbentuk bola (ball earth) ini akhirnya menggelitik alam pikiran saya, sebagaimana sebelumnya saya juga tertarik dengan diskusi pro-kontra tentang vaksinasi dan evolusi. Ini bermula dari seorang siswa saya yang dengan sangat meyakinkan menyatakan bahwa bumi  ini sebenarnya berbentuk datar dengan segala argumennya. Beberapa pertanyaan dan keraguan yang saya ajukan pun mampu dijelaskannya dengan mantap. Akhirnya saya putuskan untuk mengumpulkan informasi seputar perdebatan ini.


Hal pertama yang saya lakukan adalah mendownload dan menonton video tentang “Ternyata Bumi Datar” dari youtube sebagaimana yang direkomendasikan oleh siswa saya. Walhasil, video tersebut berhasil membuat saya tercengang dengan penjelasan-penjelasannya yang sangat meyakinkan. Namun, saya tidak puas dengan satu sumber, maka sayapun menonton dan membaca sumber lainnya baik yang mendukung maupun bertentangan dengan flat earth.

Pada tulisan ini saya tidak akan menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah, karena saya yakin pembaca mampu menentukan sendiri dengan banyaknya informasi yang tersedia dari internet baik yang pro maupun kontra. Namun, saat siswa saya bertanya saya pilih yang mana? saya pilih yang ilmiah, bukan yang terkesan ilmiah. Bila ditanya bagaimana pendapat saya tentang kata Al-Qur’an tentang bumi? Saya akan menjawab bahwa Al-Qur’an tidak menyatakan secara eksplisit bagaimana bentuk bumi, melainkan hanya secara tersirat sehingga dapat melahirkan penafsiran yang berbeda-beda. Yang penting adalah bentuk bumi datar atau bola tidak akan mengubah jadwal waktu shalat dan penghitungan kalender hijriah. Maghrib akan tetap terjadi saat matahari tenggelam hingga hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, kemudian masuk Isya hingga munculnya fajar shadiq di ufuk timur lalu masuklah waktu shubuh dan seterusnya. Jelasnya, selama perdebatan ini tidak mempengaruhi jadwal ibadah kita itu tidak masalah. Tapi, jika perdebatan ini mengarah pada perubahan cara penghitungan kalender hijriah dan jadwal waktu shalat, maka itu merupakan masalah besar yang harus diselesaikan oleh para ahli. Terutama Ilmuwan Muslim.

Hasil pencarian tersebut kemudian menjadi bahan diskusi dan berujung pada kesimpulan sebagai berikut:

Pertama,  tidak ada teori sains yang bersifat kekal, ia dapat berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan ditemukannya bukti-bukti terbaru. Sains bersifat dinamis.

Kedua, alam semesta ini terlalu luas untuk disederhanakan. Pengetahuan kita hari ini belumlah final, masih banyak rahasia yang belum terungkap.
 
Ketiga, konsep-konsep sains yang tidak dapat diamati langsung seperti bentuk bumi, gravitasi, asal-usul makhluk hidup, evolusi, pembentukan alam semesta dan lain-lain, berpeluang besar terjadi perbedaan pendapat. Semakin abstrak suatu konsep maka semakin besar kemungkinan terjadinya perbedaan pemahaman.

Keempat,  munculnya pro-kontra terhadap konsep yang tidak dapat diamati langsung itu adalah hal biasa karena dapat dipengaruhi oleh subjektifitas dan perbedaan sudut pandang.

Kelima, sikap terbaik saat menghadapi dua konsep yang bertentangan adalah bersikap dan berfikir ilmiah. Diantara sikap ilmiah yang dilakukan adalah tidak mudah percaya dan tidak menutup diri terhadap perkembangan dan informasi baru. Berfikirlah ilmiah dengan cara mengumpulkan informasi selengkap mungkin dari kedua sumber. Bukannya hanya dari salah satu sumber, sehingga membuat pikiran kita terkoptasi.

Keenam, jangan terburu-buru mengklaim sebuah informasi adalah benar atau salah hanya karena informasi tersebut masuk akal dan logis atau tidak masuk akal dan tidak logis. Pahamilah bahwa logika bukanlah bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak semua yang masuk akal adalah benar, sebagaimana juga tidak semua yang tidak masuk akal adalah salah. Karena manusia memiliki akal yang terbatas untuk dapat memahami semua peristiwa yang terjadi. Sebelum memutuskan, pelajarilah informasi tersebut lebih dalam, darimana asalnya, kebenaran isinya, motifnya dan lain-lain.

Ketujuh, bukan konspirasi namanya bila dapat dibantah dengan mudah. Konspirasi harus mampu membuat fakta seolah-olah opini dan membuat opini seolah-olah fakta.

Kedelapan, berfikir kritis dan Cerdas dalam menerima dan mengolah informasi dapat mencegah kita tersesat dalam ilmu pengetahuan.

Wallahua’lam.

No comments:

Post a Comment