Oleh : Herry Eko Jaya Putra
Suatu ketika, istriku menceritakan kisah temannya yang
sering bersedih namun ia tak kuasa mengungkapkan kesedihannya itu kepada orang
lain sehingga ia tahanlah kesedihannya itu dalam diamnya, seolah-olah tak
terjadi apa-apa. Kemudian istriku mengatakan, “itulah yang namanya airmata jatuh ke dalam”. Antara serius
dan tidak, akupun meresponnya dengan mengatakan : “air mata jatuh ke dalam menjadi
ingus”. Walhasil, terjadilah sedikit perdebatan tentang makna air mata jatuh ke
dalam ini.
Pada kesempatan ini, saya tidak akan bercerita tentang
arti peribahasa “air mata jatuh ke dalam”
juga saya tidak bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi oleh teman
istri, melainkan akan bercerita tentang alasan saya mengatakan “air mata jatuh
ke dalam menjadi ingus”.
Air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata (Lacrimal gland) sebagaimana terlihat
pada gambar di bawah. Kemudian air mata yang berlebih akan dibuang ke kantong
air mata (Lacrimal sac) yang bermuara
ke rongga hidung (Nasal cavity).
Saat kita bersedih kemudian menangis, air mata tidak
hanya menetes membasahi pipi namun air mata yang berlebih itu juga akan
mengalir ke kantong air mata kemudian menuju hidung dan bercampur lendir,
sehingga itulah yang menyebabkan hidung kita juga berair saat menangis.
Terkadang, air mata berlebih bercampur lendir itu pun bisa tertelan oleh kita
karena rongga hidung bersambung melewati Faring
menuju kerongkongan (Esophagus).
“Air mata jatuh ke dalam”, menurut saya baik secara
peribahasa maupun penjelasan biologi, keduanya sama-sama tidak baik untuk
kesehatan. Yang satu menahan perasaan terus-menerus sehingga dapat menyebabkan
depresi, sedangkan yang lainnya menelan air mata bercampur lendir, yyakk …..
No comments:
Post a Comment